Situasi di Laut China Selatan kembali tegang setelah Taiwan bersiap meluncurkan kapal terbesarnya untuk patroli di kawasan itu. Taiwan siap meluncurkan dua kapal berbobot 3 ribu ton untuk patroli di sekitar Kepulauan Spratly, wilayah yang diperebutkan banyak negara Asia.
Kapal terbesar Taiwan itu akan berlabuh di pelabuhan baru yang dibangun di Pulau Taiping, pulau terbesar dari Kepulauan Spratly di Laut Cina Selatan, sebelum akhir tahun ini. Oleh Taiwan, pulau seluas 46 hektare itu diberi nama Itu Aba.
Aparat Penjaga Pantai Tawan telah ditugaskan mengawasi pulau itu sejak tahun 2000. ”Kemampuan pertahanan di Pulau Taiping tidak akan lemah,” kata Wang Chung-yi, Menteri Administrasi Penjaga Pantai, Sabtu (6/6/2015), seperti dikutip Reuters.
”Sejauh ini kamis masih mempertahankan Pulau Taiping, tanpa banyak pasukan militer,” lanjut Wang, dalam sebuah wawancara di Taipei. Menurutnya, Taiwan tidak akan menciptakan konflik, kecuali jika diprovokasi.
Dalam sengketa kepulauan di Laut China Selatan, Taiwan bersaing dengan China, Filipina, Vietnam, Malaysia dan Brunei. Namun, China menjadi negara pengklaim terbesar di wilayah itu, yakni sekitar 90 persen dengan dasar peta kuno yang mereka miliki.
China sendiri masih menganggap Taiwan sebagai provinsinya yang membangkang. Beijing sampai saat ini menolak kemerdekaan Taiwan.
Sementara itu, koran Jepang, Yomiuri, pada hari ini melaporkan bahwa sengketa Laut China Selatan yang semakin memanas menjadi topi keprihatinan negara-negara kelompok G-7 yang menggelar forum di Jerman.
(mas/sindo/infoduniamiliter )
Post Comment
Tidak ada komentar: