Tajuk

Lokal

Islam

Barat

Timur

Sejarah

Minggu, 28 Juni 2015

Tikus Terlatih Ini Dapat Mendeteksi Ranjau

Sebuah organisasi nirlaba di Afrika, APOPO, melatih lebih dari 100 ekor tikus untuk mengendus ranjau darat. Binatang pengerat itu saban hari harus melahap latihan di lapangan seluas setengah lapangan bola voli dalam waktu 20 menit.
Menurut APOPO, latihan tersebut demi menyelamatkan ribuan nyawa manusia di seluruh wilayah Afrika. Sampai sejauh ini, APOPO telah melatih sekitar 140 ekor tikus di pusat penelitian di Tanzania. Hasilnya, seluruh tikus yang terlatih disebarkan ke sejumlah negara di Afrika antara lain Angola dan Mozambik.
“Tikus-tikus itu berhasil menjinakkan 17.500 ranjau darat,” ujar APOPO.
image
Proses latihannya membutuhkan waktu selama sembilan bulan dengan biaya 4.200 pounds atau setara dengan Rp 88 juta per ekor dan tikus dilatih pada usia enam minggu. Latihannya menggunakan kombinasi suara dan makananan kesukaannya, biasanya kacang dan pisang.
Tikus memiliki kelebihan daya ciumnya sangat sensitif sehingga bisa mendeteksi sasaran TNT, bahan peledak yang biasanya digunakan untuk amunisi ranjau darat. Ketika hewan ini mencium TNT, mereka akan menggaruk tanah selama dua atau tiga detik sebagai pertanda ada indikasi ranjau, sehingga petugas bisa meledakkan ranjau tersebut.
image
Tikus-tikus yang disapih oleh induknya akan dilatih untuk bersosialisai dengan manusia agar lebih nyaman, tidak takut dengan orang. Pada saat latihan sudah selesai, tikus sudah dewasa dan bisa mendapatkan tugas mengendus ranjau.
Apa yang membuat tikus-tikus ini cocok untuk pekerjaan yang membahayakan? Tikus dipilih karena memiliki berat badan lebih rendah ketimbang manusia, sehingga tidak bisa meledakkan ranjau darat jika dia menginjak.
Untuk meledakkan ranjau dibutuhkan rata-rata benda seberat 5 kilogram, sedangkan tikus ini berat badannya tidak lebih dari 1,5 kilogram sehingga tidak pernah ada tikus mati akibat menginjak ranjau.
image
Tikus juga harganya murah, demikian juga biaya perawatan, makan dan tahan terhadap penyakit tropis. Itu berarti lebih efektif melatih tikus daripada melatih manusia.
APOPO mengoperasikan tikus-tikus terlatih di Mozambik dan markas besar lembaga ini di Morogoro, Tanzania, karena kedua kawasan ini memiliki iklim tropis. Pelatih melengkapi tikus dengan pelapis antimatahri karena binatang ini sensitif dengan cahaya surya sekaligus mencegah dari kanker kulit. Setelah tikus dianggap selesai masa tugasnya, maka dia dilepas di alam bebas.
Timothy Edwards, Kepala Pelatihan dan Riset Perilaku di APOPO mengatakan, “Banyak orang tidak menyadari pekerjaan menakjubkan dari seekor tikus. Ketika orang belajar dari karya ini, kesan mereka dari tikus adalah dia seekor hama.” (tempo/infoduniamiliter)
Link:  http://bit.ly/1Ki3SDQ
Pin It!

Post Comment

Tidak ada komentar:

Post a Comment


Top