Abu Azzayn al Indunisiy -taqobbalahullah-, nama hijrah dari seorang lelaki asal Medan, Syahputra, mantan Brigadir Kepolisian Indonesia di Polres Batanghari, Jambi. ia tinggalkan pengabdian pada pemerintahan sekuler Indonesia, dan bermigrasi ke Islamic State yang menerapkan Islam secara totalitas.
“Eh, Akhi, antum lagi dicari-cari sama Polisi di Indonesia tuh..”
“Halah, suruh saja mereka kesini nyamperin ana kalau berani..,” jawab Abu Azzayn.
Benih-benih keislaman yang kuat mulai tercelup ke dalam batinnya, saat ia masih bekerja di tempat dinasnya dulu. Sedikit demi sedikit, ia berlepas diri dari kepolisian Indonesia.
“Saya berusaha untuk keluar dari pekerjaan di Kepolisian, dan terus dihalang-halangi oleh pimpinan. Ia memberikan iming-iming uang, fasilitas mobil, rumah, dan sebagainya,” celoteh Abu Azzayn.
“Apa saja yang kamu mau, tinggal minta. Kamu jangan keluar dari jajaran kepolisian,” imbuhnya, menirukan kata-kata pimpinannya di Polres Batanghari dulu.
Hingga mencapai klimaksnya, ia menyaksikan video penindasan rezim Bashar Assad / Nushairiyyah di Suriah yang menyiksa dan memperkosa para muslimah, menggugah hatinya. Saat itu pula, ia menyaksikan Islamic State sebagai satu-satunya kekuatan paling efektif dalam melawan dan membalas kekejaman Nushairiyyah pada kaum muslimin.
Ia tak mempedulikan isu-isu pun fitnah yang terus dipropagandakan dan diedarkan baik oleh media ataupun kepolisian Indonesia untuk mencitraburukkan IS dan menghalangi manusia untuk bergabung di dalamnya.
Abu Azzayn al Indunisiy, saat masih berada di kepolisian Indonesia (kiri), dan setelah menjadi tentara Islamic State (kanan)
Akhirnya, pada awal bulan Maret 2015, ia bertolak dari Indonesia menuju bumi Syam (Suriah), dan mengkhidmatkan dirinya menjadi pelindung kemuliaan Islam dan umatnya, dengan membai’at Amirul Mukminin dan Khalifah Muslimin Abu Bakar al Baghdadiy al Husainiy al Qurasyi hafidzohullah wa ro’ah dan menjadi seorang Mujahid Islamic State.
Sebagai wujud keberlepasan dirinya dari Kepolisian Indonesia, ia bakar baju kepolisiannya disaksikan oleh Mujahidin lainnya.
Ia tinggalkan iming-iming hadiah senilai ratusan juta rupiah yang ditawarkan pimpinannya di dinas kepolisian, untuk menghabiskan hidup di parit-parit Jihad yang penuh debu, cucuran keringat, dan darah. Ia abaikan iming-iming hidup sejahtera dari pimpinannya di dinas kepolisian dengan hidup di bawah desingan peluru dan bom.
“Berikan aku seminggu untuk keluargaku, setelahnya kan kuhabiskan seluruh sisa hidupku di medan ribath fii sabilillah!” [Abu Azzayn al Indunisiy -taqobbalahullah-]
Abu Azzayn al Indunisiy gugur syahid di front pertempuran Tal Tamr, wilayah al Barakah, melawan pasukan koalisi Amerika. Semoga Allah menerimamu duhai sang Kesatria Pemburu Syahadah. (Azzammedia/infoduniamiliter)