Tajuk

Lokal

Islam

Barat

Timur

Sejarah

Jumat, 29 April 2016

Ahrar Syam dan Jaisyul Islam Terancam Masuk Daftar Teroris PBB

Rusia mengusulkan kepada Dewan keamanan PBB untuk memasukkan dua kelompok pemberontak Suriah, Jaish al-Islam dan Ahrar al-Sham, ke dalam daftar hitam. Kedua organisasi ini disebut-sebut memiliki hubungan dengan al-Qaidah. Jaish Al islam dan Ahrar Syam memang bersekutu dengan Jabhah Nushrah yang merupakan perwakilan Al-Qaeda, namun mereka beralasan bahwa persekutuan itu hanya untuk sementara.

Jika dari 15 anggota komite pemberian sanksi kepada IS/khilafah dan al-Qaidah tidak menentang usulan ini hingga 11 Mei 2016 jam 3 sore waktu setempat, maka PBB akan memasukkan kedua kelompok itu ke dalam daftar hitam. Padahal dua kelompok ini telah mengikuti resolusi PBB dan ikut memerangi IS dibawah koordinasi AS, sungguh malang nasib mereka.

"Alasan melakukan langkah ini karena adanya informasi bahwa kelompok-kelompok ini, yang melakukan serangan ke Suriah, memiliki hubungan dekat dengan IS dan al-Qaidah," kata Duta Besar Rusia untuk PBB, Vitaly Churkin dalam pernyataannya pada Selasa (26/4).

Namun, pejabat senior Dewan Keamanan PBB yang tidak dipublikaskan namanya, menyebut langkah yang dilakukan Rusia itu "tidak membantu."

"Ini cara untuk mencoba memecah oposisi," kata diplomat itu pada Rabu (27/4).

Kelompok Jaish al-Islam, yang berarti Tentara Islam, merupakan kelompok pemberontak bersenjata di Suriah dan bagian dari Komite Negosiasi Tinggi, kelompok yang didirikan di Riyadh, Arab Saudi pada Desember lalu dan termasuk wakil oposisi dalam perundingan damai dengan pemerintah Suriah yang didukung PBB.

Komite Negosiasi Tinggi didukung oleh sejumlah negara Barat dan negara-negara besar Arab.

Sementara, kelompok Ahrar al-Sham menarik diri dari perundingan di Riyadh dan menyatakan bahwa "kelompok revolusioner" tidak menghadiri perundingan ini. Meski demikian, kelompok ini menghadiri perundingan damai di Jenewa.

Kementerian Luar Negeri Rusia telah lama menyatakan bahwa Jaish al-Islam dan Ahrar al-Sham seharusnya tidak terlibat dalam perundingan damai Suriah.

Ahrar al-Sham merupakan kelompok yang berhaluan ikhwan dan merupakan bagian dari aliansi militer yang didukung oleh Turki. Sementara Jabhah Nushrar/Front al-Nusra sendiri tidak termasuk dalam kesepakatan gencatan senjata yang dimulai sejak Februari lalu. 

Pemimpin Ahrar al-Sham merupakan tokoh yang pernah berperang bersama Osama bin Laden. Tahun lalu, kelompok membantah keterkaitan ideologi dengan al-Qaidah atau memiliki hubungan dengan kelompok militan itu. PBB saat ini memang masih membutuhkan militan sepeti Ahrar Syam dan Jaisyul Islam, namun dapat dipastikan ketika mereka sudah dibutuhkan maka militan ini pun akan disingkirkan, karena baik barat maupun timur tidak pernah rela ada aroma islam sedikitpun dalam Suriah yang baru. Hal ini persis yang terjadi di Irak dan Libya, sayangnya milisi-milisi tersebut tidak belajar dari sejarah, dan salah dalam menempatkan loyalitas. Berperang dibawah bendera barat adalah kehancuran itu sendiri. (Atjehcyber/kabarduniamiliter)
Pin It!

Post Comment

Tidak ada komentar:

Post a Comment


Top