Tajuk

Lokal

Islam

Barat

Timur

Sejarah

Minggu, 03 April 2016

Puluhan Tewas Akibat Bentrok Azerbaijan dan Armenia

Puluhan orang tewas dalam baku tembak antara tentara Azerbaijan dan Armenia di Nagorno-Karabakh, wilayah sengketa di Kaukasus, Sabtu (2/4/2016).
Menurut pemerintah Armenia, 18 tentara etnik Armenia tewas dan 35 orang lainnya terluka.dalam baku tembak itu. Sedangkan di sisi Azerbaijan, 12 tentaranya tewas dengan satu helikopter tentara ditembak jatuh. Total korban jiwa di kedua sisi ialah 30 orang.
Pemimpin Rusia dan Barat, seperti dilaporkan Sky News,  menyerukan gencatan senjata demi mengakhiri konflik antara dua negara pecahan Uni Soviet itu, yang terjadi sekitar 20 tahun ini.
Presiden Armenia  Serzh Sarkisian melukiskan, insiden baku tembak itu sebagai bentuk permusuhan terbesar sejak gencatan senjata berakhir pada tahun 1994.
Nagorno-Karabakh telah berada dalam kendali etnis separatis Armenia separatists sejak perang berakhir pada tahun 1994.
Rusia, negara yang telah menjual senjatanya ke dua negara itu, menyerukan agar segera dilakukan gencatan senjata di kedua sisi yang bertikai.
Awal insiden sejauh ini masih simpang siur. Azerbaijan mengklaim tentara mereka dihujani artileri berkaliber besar, namun berhasil merebut dua bukit strategis serta sebuah desa.
Di sisi lain, pemerintah Armenia berkeras bahwa Azerbaijan telah melancarkan serangan besar-besaran dengan sejumlah tank, artileri, dan helikopter.
BBC News melaporkan, ada jatuh korban sipil baik dari pemerintah Azerbaijan maupun Armenia. Kementerian Pertahanan di Karabakh yang disokong Armenia, misalnya, melaporkan bocah 12 tahun dan dua anak lainnya meninggal dunia.
Para saksi mata mengatakan,  sejumlah orang dievakuasi dari beberapa desa dekat zona konflik. Bahkan, ada warga yang bersembunyi di ruang bawah tanah rumah mereka.
Juru bicara pemerintah Rusia, Dmitry Peskov, mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin telah meminta gencatan senjata sesegera mungkin.
"Presiden Putin menyeru kepada semua pihak dalam konflik untuk melaksanakan gencatan senjata dan menahan diri guna mencegah timbulnya korban tambahan," kata Peskov.
Sengketa di wilayah Nagorno-Karabakh antara Azerbaijan dan Armenia memanas pada akhir 1980-an dan berkembang menjadi perang terbuka pada 1991 seiring dengan bubarnya Uni Soviet.
Akibatnya,  sedikitnya 30.000 orang meninggal dunia.  Warga etnik Azeri di Karabakh, yang mencapai 25 persen dari total populasi, melarikan diri.
Adapun warga etnik Armenia kabur dari Azerbaijan. Berkat mediasi Rusia, kesepakatan gencatan senjata ditandatangani pada 1994 lalu.
Konsekuensinya, meski wilayah Nagorno-Karabakh berada di Azerbaijan, namun secara administratif kawasan seluas 12.000 kilometer per segi itu dikendalikan warga Armenia dengan sokongan militer dan keuangan dari pemerintah.
Kini, wilayah Nagorno-Karabakh dihuni sekitar 150.000 orang.
Sejak kesepakatan 1994, masih ada sesekali bentrokan kecil antara Azerbaijan dan Armenia di wilayah Nagorno-Karabah. Namun, ada kekhawatiran baku tembak kecil itu bisa berkembang menjadi perang besar.
Apalagi, Azerbaijan telah membeli persenjataan senilai sedikitnya 4 miliar dolar AS, atau setara Rp 52 triliun  dari Rusia. Armenia, yang merupakan mitra strategis Rusia di kawasan Kaukasus, juga membeli persenjataan dari Rusia.
Pin It!

Post Comment

Tidak ada komentar:

Post a Comment


Top