Sebuah laporan baru mengutuk pemikiran sempit Pemerintah Amerika Serikat (AS) yang hanya fokus perang terhadap Islamic State. Alasannya, ada kelompok Jabhat Al-Nusra yang tidak kalah berbahaya bagi AS ketimbang IS.
Laporan itu disusun lembaga Study of War and American Enterprise Institute. ”Setiap strategi yang meninggalkan Jabhat Al-Nusra di tempat akan gagal untuk mengamankan tanah air Amerika,” kata pihak lembaga itu dalam laporannya.
Laporan lembaga itu memperingatakan bahwa, serangan Negara Islam Irak (IS) dan Jabhat Al-Nusra (sayap Al-Qaeda di Suriah) bisa mengancam ekonomi global. Selain itu, kedua kekuatan jihadis itu bisa memprovokasi masyarakat Barat untuk memaksakan kontrol terhadap kebebasan sipil.”Nilai-nilai dan cara hidup Amerika berada dalam bahaya,” lanjut laporan itu, seperti dikutip IB Times, Selasa (26/1/2016).
Fred Kagan, salah satu penulis laporan lembaga itu mengatakan bahwa Jabhat Al-Nusra belum melakukan serangan di Barat, tidak seperti IS. Dia percaya bahwa Al-Nusra telah membuat keputusan taktis untuk tidak menyerang Barat pada saat ini.
”Sementara IS sedang bersinar, baik merupakan ancaman eksistensial, baik ingin menyerang tanah air, dan baik untuk mobilisasi masyarakat Muslim terhadap Barat,” ujarnya.
Kendati demikian, Direktur Intelijen Nasional AS, James Clapper, mengatakan kepada komite intelijen Senat AS pada Januari 2014 lalu, bahwa Al-Nusra memang memiliki aspirasi untuk melakukan serangan di tanah air Amerika.
Menurutnya, menargetkan Al-Nusra akan lebih sulit daripada menargetkan IS. ”Al-Nusra diam-diam menjalin hubungan dengan penduduk dan oposisi Suriah. Mereka menunggu di sayap untuk mengambil jubah ‘jihad’ global saat IS jatuh,” katanya.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan lebih dari 35 ribu militan asing dari 100 negara telah menyeberang ke Suriah untuk ambil bagian dalam konflik berdarah. Menurut Nick Heras dari Centre for a New American Security, Al-Nusra menjadi perekrut militan asing tertinggi kedua setelah IS.
Jabhah Nuhsrah adalah pasukan yang diutus ke Suriah oleh Islamic State namun kemudian membelot dan malah bergavung dengan al-Qaeda. Dalam strateginya jabhah nuhsrah memilih bersekutu dengan oposisi Suriah lain dan bahkan dalam memerangi mantan pemimpinnya dahulu.
Namun saat ini oposisi Suriah telah menandatangani konferensi riyadh yang bersebrangan dengan Jabhah Nushrah, dalam kesepakatan riyadh itu tertulis bahwa pejuang asing harus meninggalkan Suriab. Ini menjadi pelajaran telak bahwa jabhah nushrah sebaiknya tidak bersekutu dengan mereka yang nasionalistik dan kembali bersama IS dalam memerangi eksistensi barat.
(mas/sindo/kabarduniamiliter)
Post Comment
Tidak ada komentar: