Sebuah laporan yang diterbitkan oleh Washington Post membuat warga Amerika Serikat (AS) terkejut. Dalam laporan itu disebutkan, hanya dalam kurun waktu lima bulan terakhir, polisi AS setidaknya sudah menembak dan membunuh 385 orang.
"Tingkat kematian yang disebabkan oleh polisi meningkat dua kali lipat berdasarkan perhitungan Pemerintah Federal dalam satu dekade terakhir, sebuah data yang menurut pemerintah sejatinya belum terlalu lengkap," bunyi laporan Washington Post, seperti dilansir Reuters pada Minggu (31/5/2015).
Presiden Police Foundation, Jim Bueermann menyatakan, data seperti ini perlu dikeluarkan dengan tujuan untuk menekan jumlah kematian yang disebabkan oleh polisi. Police Foundation merupakan organisasi nirlaba yang berdedikasi untuk memperbaiki penegakan hukum di AS.
"Kami tidak akan pernah bisa mengurangi jumlah penembakan yang dilakukan oleh polisi, jika kita tidak mulai dari saat ini. Secara akurat mengumpulkan dan melacak informasi mengenai hal ini," kata Bueermann.
Polisi di AS memang telah menjadi sorotan tajam, bukan oleh warga dan organisasi di AS tapi oleh dunia internasional. Sorotan itu dimulai ketika aksi penembakan di Ferguson terjadi, dimana seorang polisi kulit putih menembak mati seorang pemuda kulit hitam hanya dengan alasan merasa terancam.
Untuk menekan polisi, Presiden AS Barack Obama sendiri telah membuat kebijakan baru demiliterisasi polisi, atau secara umumnya yakni pembatasan penggunaan kekuatan militer oleh polisi.
(esn/sindo /infoduniamiliter )
Post Comment
Tidak ada komentar: