Rusia mengancam untuk meningkatkan kapasitas senjata nuklir dan mengerahkannya untuk pertahanan diri karena merasa dipaksa oleh tindakan Amerika Serikat. AS dianggap telah melemahkan upaya peluncutan senjata nuklir internasional.
”Tren negatif telah merusak stabilitas dan prospek pelucutan senjata nuklir di dunia," kata Mikhail Ulyanov, Kepala Departemen Kementerian Luar Negeri untuk Non-Proliferasi dan Pengawasan Senjata, seperti dikutip RIA Novosti. ”Faktor-faktor negatif tidak datang dari kami. Tapi datang dari Amerika Serikat,” katanya lagi, yang dilansir Minggu malam (17/5/2015).
Tindakan AS yang dianggap memaksa Rusia untuk melakukan ekspansi senjata nuklir itu, menurut Ulyanov ada dua hal. Pertama, AS telah menggalakkan program rudal pertahanan untuk “Prompt Global Strike” atau “Serangan Global Kilat”.
Kedua, AS enggan meratifikasi Comprehensive Nuclear-Test-Ban Treaty atau Perjanjian Komprehensif Larangan Uji Coba Nuklir. Ulyanov berujar, langkah AS itu telah membuat ketidakseimbangan yang serius yang dapat memaksa Rusia meningkatkan kemampuan senjata nuklirnya.
Pekan lalu, seorang jenderal AS yang juga komandan militer NATO, Philip Breedlove, telah menuduh Rusia membuat ancaman nuklir yang tidak bertanggung jawab.
Ancaman Rusia untuk mengerahkan senjata nuklir ini bukan hal baru. Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada bulan Maret lalu juga pernah mengancam untuk menempatkan “pasukan nuklir” untuk mempertahankan Crimea setelah dianeksasi Rusia dari Ukraina. Namun, ancaman Putin itu sampai saat ini belum terwujud. (sindo/infoduniamiliter )
Post Comment
Tidak ada komentar: