Pasca serangan yang menelan 17 korban jiwa, pembelian obat antidepresan di Perancis meningkat. Hal tersebut terungkap dalam sebuah penelitian oleh laboratorium farmasi yang berbasis di Inggris, Celtipharm SA.
Menurut kompilasi data yang dihimpun Celtipharm, pembelian obat pengurang cemas dan stres, anxiolytics, meroket sekitar 18 persen pada 9-13 Januari. Angka tersebut diperoleh oleh Celtipharm dari data sampel sekitar 4.800 toko farmasi di seluruh Perancis.
"Data historis kami menunjukkan bahwa ini adalah kali pertama kami dapat menghubungkan sebuah peristiwa dengan konsekuensi farmasi," ujar Juru Bicara Celtipharm, Amandine Galliou, seperti dikutip Bloomberg (15/1).
Setelah serangan di Kota Toulous pada 2012, memang ada peningkatan konsultasi dokter dan permintaan resep di Perancis. Namun, kejadian tersebut tidak sefenomenal sekarang.
Fenomena ini juga membuat presiden direktur Celtipharm, Dr. Patrick Guerin, tercengang. "Kami belum pernah memperkirakan fenomena seperti ini sebelumnya," kata dia.
Menurut penuturan Guerin, satu-satunya kasus serupa ditemukan di Jepang setelah insiden nuklir terjadi di Fukushima usai bencana gempa dan tsunami pada Maret 2011 yang menewaskan lebih dari 15 ribu orang. Saat itu, penjualan Iodin di Jepang melonjak drastis.
Laporan World Health Organization (WHO) pada 2011 menunjukkan, Perancis bukan konsumen obat pengurang rasa cemas dan antidepresan terbesar di dunia. Mereka lebih memilih untuk berjuang menghadapi tekanan hidup. Penduduk Perancis dinilai lebih tangguh dari warga Amerika dan Jerman.
Dalam data WHO tersebut, dilansir pula bahwa konsumsi antidepresan di Perancis lebih rendah dibandingkan dengan 33 negara anggota Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) lain.
Islandia, Austria, Denmark, dan Norwegia adalah negara yang masuk daftar teratas pembelian obat antidepresan tertinggi dalam data tersebut.
Menurut survei Nuffield Trust and Health Foundation, saat krisis finansial melanda Inggris pada 2012, penggunaan antidepresan meningkat 12,5 juta pil dari tahun 2007.
(den/ike/CNN/DM)
Post Comment
Tidak ada komentar: