Tajuk

Lokal

Islam

Barat

Timur

Like Us

Sejarah

IS Gagalkan Serangan di Barqoh, Libya

Islamic State provinsi Barqah, Libya baru-baru ini mengalami gempuran hebat dari bala tentara militan di Libya, di mantiqoh al Laytsi, tepatnya di jalan utama menuju bandara. serangan tersebut berhasil digagalkan dan dipukul mundur, dengan jumlah kerugian luar biasa di barisan militan yang didukung AS ini.
Berikut reportase foto yang dirilis oleh kantor berita wilayah setempat. (Azzammedia/infoduniamiliter)





IS Musnahkan Berbagai Macam Jimat di Libya

Polisi pengawas (Dewan Hisbah) Islamic State provinsi Barqah, Libya kembali menggelar razia di kota Benghazi, Libya dan pemusnahan benda-benda sihir, diantaranya seperti jimat dan lain-lain, sebagaimana yang telah didokumentasikan dengan baik oleh kantor berita setempat berikut ini. (Azzammedia/infoduniamiliter)






Obama: Tunisia Sekutu Utama Kami

Presiden Obama mengatakan dalam kunjungan Presiden Tunisia Beji Caid Essebsi bulan Mei bahwa ia menghendaki “presiden dan rakyat Tunisia mengetahui bahwa Amerika Serikat yakin pada Tunisia, membantunya demi keberhasilannya dan akan berusaha sebagai mitra yang tetap untuk masa depan.”
Tunisia menggulingkan Presiden Zine El Abidine Ben Ali tahun 2011, dan menjadi negara pertama dari yang disebut Arab Spring membebaskan dirinya dari kediktatoran yang sudah lama.
Desember lalu, Essebsi menjadi pemimpin Tunisia pertama yang terpilih secara demokratis sejak negara itu memenangkan kemerdekaan dari Perancis tahun 1956. (Voa/infoduniamiliter)
Link:  http://bit.ly/1dS6KKT

Pasukan Elit Syiah Ditelan Bom IS

Operasi pertempuran yang digulirkan oleh Tentara Islamic State di kota al Kholidiyyah, timur Ramadi, dengan nama sandi ‘Ghozwah al Qo’id Abu Kholid al Mar’awiy’ terus berlanjut dengan perkembangan yang kian signifikan.

Pada Jum’at (23 Romadhon) kemarin, Mujahidin meluncurkan dua serangan bom martir menargetkan sekumpulan pasukan elit Syiah Irak Shofawi dan Rofidhi, menewaskan serta melukai puluhan diantara mereka, dan menghancurkan sejumlah besar peralatan tempur. [kholid/fudhail]

Bom Meledak di Konsulat Italia di Mesir

Sebuah bom meledak di depan gedung Konsulat Italia di Kairo, Mesir, Sabtu (11/7/2015). Ledakan bom itu menewaskan satu orang.

Otoritas Mesir menyatakan, serangan bom itu kemungkinan sebagai aksi para mujahidin untuk membuka front baru terhadap warga asing di Kairo. Seorang pejabat keamanan Mesir mengatakan ledakan itu berasal dari bom mobil.

Kantor berita pemerintah Mesir, MENA, mengutip satu sumber keamanan Mesir melaporkan, penyelidikan awal menunjukkan bahwa bom itu ditempatkan di bawah mobil di dekat gedung konsulat dan diledakkan dari jarak jauh.

Belum ada yang mengaku bertanggung jawab atas serangan bom mobil itu. Para saksi mata menyatakan, kerusakan hebat terjadi di depan gedung Konsulat Italia.

Identitas korban tewas belum diketahui. Seorang juru bicara Kementerian Kesehatan Mesir mengatakan empat warga sipil terluka, di mana dua di antaranya polisi.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Italia, Paolo Gentiloni, mengatakan tidak ada warga Italia yang jadi korban dalam serangan bom mobil tersebut. ”Italia tidak akan terintimidasi,” tulis dia di Twitter.

Mesir terus dilanda teror sejak Presiden Mohamed Morsi digulingkan tahun 2013. Sejak Morsi lengser, berbagai serangan bom, termasuk bom martir terus terjadi di beberapa wilayah Mesir, termasuk serangan di kawasan wisata Luxor belum lama ini. Hal ini karena banyak pemuda Ikhwan yang saat ini bergabung dalam Islamic State provinsi Sinai.
(Sindo/infoduniamiliter)

Link:  http://bit.ly/1GdWJyz

Thailand Tutup Kedubes di Turki


Pemerintah Thailand, Jumat (10/7/2015), untuk sementara menutup kantor kedutaan besar dan konsulatnya di Turki setelah unjuk rasa terkait deportasi etnis Uighur kembali ke China.


Penutupan sementara kantor kedutaan besar di ibu kota Ankara dan konsulat di Istanbul dilakukan setelah pengunjuk rasa menyerbu kantor konsulat Thailand itu dan merusak perabotan dan menurunkan papan nama di luar gedung.



Ini adalah aksi unjuk rasa terbaru di Turki terkait nasib minoritas Muslim Uighur yang berbagasa Turki di Xinjiang, China. Di wilayah ini warga etnis Uighur merasa mendapatkan tekanan baik dari sisi keagamaan maupun budaya dari pemerintah China.



Akibatnya banyak warga Uighur yang meninggalkan kampung halamannya. Mereka biasanya kabur lewat Asia Tenggara, termasuk Thailand, dengan harapan bisa tinggal di Turki.



Di Thailand nasib 400 warga Uighur sempat terkatung-katung setelah mereka ditahan Maret 2014 karena memasuki kerajaan itu secara ilegal. Di saat pemerintah Thailand melakukan verifikasi kewarganegaraan ke-400 orang itu, Turki dan China memperdebatkan ke mana mereka seharusnya dipindahkan.



Pemerintah Thailand mengatakan 100 warga Ugighur sudah dideportasi ke China pada Rabu lalu dan sebelumnya seebanyak 172 orang perempuan dan anak-anak dikirim ke Turki pada akhir Juni.



Kabar soal deportasi 100 orang warga Uighur itu menuai kecaman dari komunitas internasional termasuk AS, kelompok aktivis HAM dan PBB termasuk serangkaian aksi protes di Istanbul.


Sebanyak 10 juta warga Uighur tiggal di Xinjiang wilayah barat China. Mereka selama ini menghadapi diskriminasi. Di bawah tekanan Beijing, beberapa negara seperti Kamboja, Malaysia dan Pakistan sama-sama memulangkan para warga Uighur ke China. Sungguh nasionalisme yang menyedihkan. (Kompas/infoduniamiliter)

Link:  http://bit.ly/1L5BFAG

Puluhan Polisi Mesir Tewas Kena Ranjau

Lebih dari 20 perwira kepolisian rezim diktator Mesir dilaporkan tewas terbunuh akibat ledakan ranjau yang dipasang oleh Mujahidin di dekat pintu masuk kota al ‘Arisy, Semenanjung Sinai, pada Kamis (22 Romadhon) kemarin.
Sebagaimana yang diinformasikan oleh kantor berita IS wilayah Sinai, Mujahidin sebelumnya memasang dua buah bom ranjau improvisasi ukuran besar di jalan al ‘Arisy al Qonatiroh guna menyergap patroli keamanan militer murtaddin.
Ranjau tersebut mengenai satu unit bus dan satu unit kendaraan transportasi militer lapis baja yang mengangkut puluhan perwira kepolisian, menewaskan lebih dari 20 personil dan melukai sebagian lainnya. [fudhail/azzammedia/infoduniamiliter]

Inggris Minta Warganya di Tunisia Untuk Pulang Segera

Semua warga Inggris diimbau meninggalkan Tunisia karena “serangan lanjutan dari jihadis sangat mungkin terjadi”, kata Menteri Luar Negeri Philip Hammond.
Hammond mengatakan: “Walaupun kita tidak memiliki informasi yang mengatakan adanya bahaya langsung, kondisi ancaman telah meningkat dan meyakinkan kami adanya kemungkinan serangan jihadis lainnya.”
Kementerian Luar Negeri Inggris memperkirakan ada 2.500 hingga 3.000 turis Inggris di Tunisia dan beberapa ratus warga Inggris yang tinggal di sana.
Sejauh ini tidak ada ancaman langsung, namun biro wisata akan menerbangkan warga Inggris pulang dalam beberapa hari ke depan.
Warga Inggris diiimbau menghubungi biro wisata mereka, dan yang berpergian sendiri disarankan pulang dengan penerbangan komersial.
Terdapat 30 warga Inggris di antara 38 wisatawan yang meninggal dunia dalam serangan 26 Juni lalu di Port El Kantaoui, dekat Sousse.
Saksi mata menyaksikan pelaku, yang belakangan diketahui bernama Seifeddine Rezgui, menembaki turis-turis eropa di luar hotel bintang lima Hotel Rui Imperial Marhaba.
Kementerian Luar Negeri Inggris mengatakan, walaupun pihak berwenang Tunisia telah menetapkan langkah-langkah keamanan lebih sejak serangan Juni itu, aparat belum menyediakan “perlindungan yang cukup bagi wisatawan Inggris”.
Nabil Ammar, duta besar Tunisia untuk Inggris, mengatakan kepada BBC bahwa imbauan pemerintah Inggris kepada warganya untuk meninggalkan Tunisia adalah “justru yang diinginkan jihadis”.
Naveena Kotoor, seorang wartawan lepas di Tunis, ibu kota Tunisia, mengatakan warga di sana “terpukul” oleh peringatan turis yang dikeluarkan pemerintah Inggris. (Bbc/infoduniamiliter)

IS Lancarkan Serangan Bom Terhadap Koalisi

Dua buah operasi serangan bom martir yang dilancarkan militer Islamic State pada Rabu (21 Romadhon), berhasil memporak porandakan benteng-benteng koalisi shohawat Syam dan milisi komunis PKK di dua tempat yang berbeda di wilayah Halab/ Aleppo.
Serangan bom martir pertama dilakoni oleh Abu Hamzah, membawa satu unit mobil Hummer bermuatan sejumlah ton material peledak menghajar benteng dan posisi militan komunis PKK di selatan ‘Aynul Islam. Lebih dari sepuluh militan tewas dan terluka. 
Sementara itu, serangan bom kedua terjadi di pinggiran front peperangan IS melawan shohawat Jabhah Syamiyyah di pinggiran utara Halab. Abu Ja’far asy Syami, menabrakkan bom mobil yang dikendalikannya menargetkan pasukan di kawasan dekat Bandara Militer Minnigh.
Sebanyak 20 militan shohawat dilaporkan tewas dan puluhan lainnya cedera ringan maupun berat
(Azzammedia/infoduniamiliter)





Pangeran Saudi Saud Faisal Meninggal Dunia

Pangeran Kerajaan Arab Saudi yang juga merupakan mantan menteri luar negeri, Saud al-Faisal, meninggal dunia di Riyadh, Kamis (9/7/2015). Beliau tercatat sebagai menteri luar negeri yang paling lama menjabat di dunia. Selama empat dekade, Pangeran Saud mengalami berbagai turbulensi diplomatik yang melibatkan Negeri Petrodollar itu.

Dilansir dari AFP, Jumat (10/7/2015), kabar mengenai meninggalnya Saud diungkap oleh kerabat kerajaan, Nawaf al-Faisal di akun Facebook miliknya. Kabar ini kemudian dikonfirmasi oleh juru bicara kerajaan, Osama Nugali via Twitter.

"Saya berharap bisa membantah rumor mengenai berita kematian Anda," tulis Nugali.

Keponakan Pangeran Saud, Saud Mohammed al-Abdullah al-Faisal juga membenarkan kabar mengenai meninggalnya pamannya. "Semoga Tuhan menempatkannya di surga," tulisnya di akun Twitter.

Pemimpin Liga Arab Nabil al-Arabi kemudian mengungkap duka citanya dalam sebuah pernyataan. Kedutaan Besar Jerman di Riyadh juga mengaku ikut berduka cita dan menyebut Saud sebagai "negarawan yang dihormati".

Empat dekade pengabdian pada Barat

Pangeran Saud yang lahir pada 1940 merupakan salah satu anggota kerajaan yang dianggap penting di Arab Saudi. Jabatan menteri luar negeri dijabatnya sejak Oktober 1975, tujuh bulan setelah ayahnya, Raja Faisal, dibunuh oleh salah seorang keponakan. Saud kemudian meletakkan jabatannya sebagai menlu pada April 2015 dengan alasan kesehatan yang semakin menurun.

Saud meski mengaku beraliran Sunni, namun dekat dengan syiah dengan menjaga hubungan baik dengan Iran yang beraliran Syiah. Dalam pernyataan publik terakhirnya, Saud mengatakan bahwa Saudi "tidak berperang dengan Iran". Meski begitu, dia meminta Iran untuk menghentikan mempersenjatai kelompok pemberontak di Yaman.

Selama menjabat, Saud juga disebut sebagai sosok sentral yang mengakhiri perang saudara di Lebanon yang terjadi pada 1975 hingga 1990. Tidak hanya itu, Saud juga berperan dalam menentukan arah diplomasi Arab Saudi yang moderat saat terjadi perang antara Iran-Irak 1980-1988, serta ketika Irak menginvasi Kuwait pada 1990, yang berujung pada Perang Teluk 1991. 

Meski begitu, Saud juga dianggap sebagai sosok penting dalam menjaga hubungan diplomasi Saudi dengan Amerika Serikat yang naik-turun. Hubungan kedua negara sempat memanas, terutama ketika kelompok Al Qaeda melakukan serangan ke Amerika Serikat pada 11 September 2001. Tapi hubungan kembali membaik setelah Saudi juga berusaha memberangus jaringan Al Qaeda saat terjadi teror di dalam wilayah kerajaan.
Meski Saud beberapa kali mengunjungi Washington, tapi hubungan diplomasinya dianggap lebih dekat ke negara Eropa. 

Hubungan dengan AS dan Negara-negara penjajah lain sering mendapatkan kritik dari berbagai pejuang jihad, begitu juga dengan pembukaan markas militer AS di Saudi yang menjadi transit AS dalam membantai 1 juta muslim di Irak. Sampai saat ini pun, Saudi masih di ketiak AS dengan ikut-ikutan AS dalam membantai muslim di wilayah Islamic State. IS sendiri telah memiliki rencana untuk meruntuhkam rezim Saud yang 'menyimpang' dari pendirinya dahulu.

Kelihaiannya dalam berhubungan dengan negara Barat disebut muncul setelah Saud lulus dan menjadi sarjana ekonomi dari Universitas Princeton yang merupakan salah satu kampus top di AS, pada 1964. Sebelum berperan sebagai diplomat, ayah yang memiliki tiga anak laki-laki dan tiga anak perempuan ini bekerja di perusahaan minyak Petromin dan Kementerian Minyak dan Sumber Daya Mineral Arab Saudi. (Kompas/infoduniamiliter)

Link: http://bit.ly/1CsRNet

Serang IS, Tiga Tank Suriah Hancur Lebur

Sebanyak tiga unit Tank tempur Nushairiyyah dilaporkan hancur lebur, dan puluhan tentara tewas terbunuh, saat berusaha menerobos pertahanan Mujahidin Islamic State di jalan yang terletak beberapa kilometer di pinggiran barat kota Tadmur atau Palmyra.
“Alhamdulillah, dengan pertolongan dari Allah, ikhwah Mujahidin kembali berhasil menghalau upaya para murtaddin Nushairiy yang hendak menjajah kembali kota Tadmur,” reporter Azzam Media melaporkan pada Kamis malam (23 Romadhon) kemarin. [shuhayb/fudhail/azzammedia/infoduniamiliter]
Link: http://bit.ly/1HntnOQ

IS Taklukkan 2 Pos Militer Assad di Jalan Menuju Pangkalan Udara Militer T4

Kantor Berita Islamic State provinsi Homs melaporkam reportase foto jalannya pertempuran Mujahidin membebaskan dua pos checkpoint rezim Bashar Assad atau Nushairiyyah yang merintangi jalan menuju bandara militer terbesar Suriah di T4 atau Tiyas, pada hari Selasa (20 Romadhon) kemarin. (Azzammedia/infoduniamiliter)

Link: http://bit.ly/1eIikJf








Korut Marah Atas Pemberintaan Sembrono Media Internasional


Korea Utara (Korut), Kamis (9/7/2015), menanggapi dengan marah laporan di sejumlah media Korea Selatan (Korsel) tentang adanya serangkaian pembelotan dan eksekusi para pejabat tinggi negara itu baru-baru ini. Korut menyebut laporan-laporan itu sebagai proganda gaya Nazi yang ditujukan untuk menodai citra Pyongyang.

Laporan di sejumlah publikasi Korsel itu telah disertai spekulasi bahwa pembelotan tersebut merupakan sinyal tentang ketidakstabilan yang tumbuh dalam kepemimpinan Korea Utara di bawah Kim Jong-Un.

Dalam sebuah tanggapan yang panjang, kantor berita resmi Korut, KCNA, menepis laporan-laporan itu sebagai rumor liar dan "kebohongan belaka". "Propaganda palsu merupakan kebodohan dan berdasarkan sandiwara konspirasi bermotif politik" yang bertujuan untuk memberi kesan suasana "kegelisahan dan horor" di jajaran pejabat Korut, bunyi tanggapan itu.

KCNA secara khusus membantah laporan tentang pembelotan seorang jenderal tingkat atas ke Korea Selatan baru-baru ini.

Channel A, anak perusahaan harian konservatifDong-A Ilbo, melaporkan pekan lalu bahwa Letnan Jenderal Pak Sung-Won telah melarikan diri ke Seoul melalui Moskwa.

KCNA mengatakan, laporan tersebut "omong kosong belaka" dan menyatakan bahwa Pak saat ini sedang memimpin sebuah proyek konstruksi di Resort Ski Masikryong, sebuah proyek hewan peliharaan Kim Jong-Un. 

Komentar itu juga menanggapai isu tentang eksekusi terbaru, tampaknya tentang dua mahasiswa Korut karena menonton pornografi. Tanggapan Korut itu mengatakan, media Korea Selatan telah sangat mahir memberitakan kebohongan dan meniru proganda gaya Nazi.

Televisi Korsel, YTN, baru-baru ini melaporkan tentang pembelotan tiga pejabat Kantor 39, sebuah divisi rahasia pemerintah yang ditugas untuk memperoleh dana tunai bagi rezim. Kantor beritaYonhap juga menerbitkan serangkaian artikel tentang pembelotan belum lama ini dari sekitar 10 pejabat tingkat meninggah hingga tinggi. Namun tak satu pun dari laporan itu yang telah secara resmi dikonfirmasi pihak berwenang Korsel.

Namun Badan Intelijen Nasional Korsel (NIS) melaporkan pada Mei bahwa Menteri Pertahanan Korut, Hyon Yong-Chol, telah disingkirkan dan kemungkinan dieksekusi karena pembangkangan dan tertidur selama pawai militer resmi. Menurut NIS, Kim telah memerintahkan eksekusi terhadap lebih dari selusin pejabat sepanjang tahun ini. Tindakan itu tampaknya dilakukan karena mereka mempertanyakan otoritas dia. (Kompas/infoduniamiliter)

Sengitnya Pertempuran Di Pusat Kota Hasakah

Selama bulan Ramadhan ini, tentara Khilafah provinsivAl Barakah melancarkan operasi penyerangan terhadap pusat kota Hasakah yang di kuasai oleh tentara rezim Nushairiy dan PKK yang dibantu oleh pesawat-pesawat koalisi salibis Amerika.
Mujahidin berhasil memasuki pusat kota dan merebut beberapa spot penting pemerintahan di pusat kota Hasakah, termasuk stadion kota. Dalam operasi ini, mujahidin juga berhasil membunuh banyak tentara musuh di basis-basis mereka, dan mendapatkan persenjataan yang banyak. (Azzammedia/infoduniamiliter)

Hadang Jihadis, Tunisia Akan Bangun Tembok 160 KM


Tunisia mengumumkan rencana untuk membangun tembok di sepanjang perbatasan dengan Libya untuk menghadapi ancaman mujahidin.

Tembok sepanjang 160 km itu akan dibangun oleh tentara dan diharapkan selesai akhir tahun 2015, seperti diumumkan Perdana Menteri Tunisia, Habib Essid, lewat stasiun TV pemerintah.

Sebelumnya, seorang pria bersenjata menembaki para turis barat di kawasan wisata ketelanjangan Sousse, akhir Juni, dan menewaskan 39 warga eropa.

Seifeddine Rezgui, yang menggunakan senjata Kalashnikov dalam serangan itu sebelum ditembak mati oleh aparat keamanan, diduga mendapat latihan di Libya.

Setelah serangan tersebut, Tunis sempat memberlakukan keadaan darurat.

Keamanan juga ditingkatkan di kawasan-kawasan wisata dengan pengerahan lebih dari 1.400 petugas bersenjata.

Pekan lalu, PM Essid mengatakan Rezgui kemungkinan mendapat latihan dari kelompok Ansar al-Sharia di Libya yang saat inibtelah melebur dalam Negara Islam (Islamic State). IS di Libya menguasai wilayah yang luas, dimana di dalamnya diterapkan aturan syariah.

Delapan orang sudah ditangkap karena tuduhan membantu Rezgui dan pemerintah mengatakan sudah membongkar jaringan yang dianggap bertanggug jawab atas serangan Sousse.
(Kompas/infoduniamiliter)

Bom Martir Guncang Benteng Tentara Syiah di dekat Baiji, Irak

Empat operasi serangan bom martir kembali mengguncang dan meruntuhkan benteng pasukan rezim Shofawi di sekitar kota Baiji, wilayah Sholahuddin, pada Selasa (20 Romadhon). Lebih dari 50 tentara reguler Shofawi dan militan Hasyad Sya’biy dilaporkan tewas terbunuh dan luka-luka.
“Serangan bom syahid terkonsentrasikan di pinggiran luar kota Baiji bagian barat dan selatan,” reporter Azzam Media melaporkan.
“Sedangkan baku tembak sengit antara Mujahidin melawan pasukan Shofawi membara di barat kota Baiji,” imbuhnya.
Data informasi yang sampai ke meja redaksi memberikan urutan penyerangan bom martir tersebut, dimulai oleh Khabbab al Jazrowiy, menargetkan posisi pasukan syiah Shofawi di selatan kota Baiji.
Sementara itu, tiga amaliyyah istisyhadiyyah sisanya oleh Abu Khottob al Jazairiy, Abdurrahman asy Syisyaniy, dan Abul Yaman al Mishriy melancarkan serangan bom martir di barat madinah Baiji. [kholid/fudhail/azzammedia/infoduniamiliter]
Link:   http://bit.ly/1eHTjy0

Mencurigakan, NYSE Ditutup Mendadak

Bursa efek New York (NYSE), Amerika Serikat (AS), secara tiba-tiba ditutup pada pukul 11. 30 waktu setempat. Pihak berwenang menepis dugaan isu peretasan yang menyebabkan NYSE ditutup.

Penutupan tersebut menimbulkan tanda tanya. Namun pihak NYSE menegaskan penutupan hanyalah lantaran ada masalah teknis saja. “Kami mengalami masalah teknis dan bukan ada pihak yang berusaha meretas kami,” papar NYSE dilansir Reuters.

Hingga dini hari tadi NYSE belum dibuka kembali.  Mark Otto dari J Streicher & Co mengungkapkan tidak ada kepanikan saat NYSE ditutup. “Kami sekarang ini menanti instruksi (untuk kembali beraktivitas). Segalanya bisa dikendalikan,” paparnya dari lantai bursa.

Penutupan NYSE secara tiba-tiba ini terjadi tak lama setelah United Airlines mengalami masalah pada sistem komputernya. Maskapai tersebut tidak bisa beroperasi untuk beberapa jam kemarin di seluruh banadara di AS. Alhasil saham United Airlines anjlok 2,96% di harga USD52,70 per lembar.

Departemen Pertahanan AS pun menyatakan tidak ada kecurigaan akan penutupan NYSE. “Tidak ada hubungannya (dengan United Airlines),” demikian keterangan Departemen Pertahanan AS dilansir CNN.

Sedangkan Kepala Komisi Bursa AS Mary Jo White mengatakan akan terus memantau keadaan di NYSE hingga situasi kembali normal. Sebelum ditutup tiba-tiba, nyaris semua perdagangan berada di zona merah.

Sebelumnya, NYSE pernah ditutup secara tiba-tiba di tengah perdagangan atau terlambat beraktivitas saat Badai Sandy menerjang Oktober 2012 serta pada penyerangan teroris 11 September 2011 silam. Ketika badai salju menerjang Februari 1994 lalu, NYSE juga dibuka terlambat. (Sindo/infoduniamiliter)

Link:  http://bit.ly/1gpfES4

28 Militan Houthi Tewas Dalam Serangan Bom Mobil

Sekitar 28 Militan Syiah Houtsi kembali tewas terbunuh dan luka-luka oleh operasi serangan Intelijen Islamic State di Yaman, untuk membalas kekejaman dan penganiayaan mereka tersebut pada muslim Yaman.
Pada Selasa (20 Romadhon), agen Intelijen mujahidin menanam bom mobil menargetkan sarang dan markas militan Houtsi di dekat mantiqoh Babul Yaman, Hayy ar Rimah di ibukota Yaman, Shon’aa. Puluhan militan syiaj Houtsi tewas dan cedera. [fudhail/Azzammedia/infoduniamiliter]

AS Latih 60 Pemberontak Untuk Lawan Islamic State

Amerika Serikat (AS) menyatakan, pihaknya telah memberikan pelatihan kepada 60 orang anggota pemberontak Suriah. Pelatihan yang dimaksukan untuk membantu AS melawan IS di Suriah itu sudah dilakukan sejak pekan lalu.

Namun, menurut Menteri Pertahanan AS, Ashton Carter, jumlah tersebut jauh lebih kecil dari apa yang diharapakan oleh AS. Menurutnya, kesulitan terbesar adalah menyeleksi anggota pemberontak Suriah yang memiliki kemampuan dan mau dikendalikan sesuai standar Barat.

"Jumlah ini jauh lebih kecil dari yang kita harapkan pada saat ini. Kami kesulitan untuk menemukan calon yang cocok untuk kami latih," kata Carter dalam sebuah pernyatan, sepeti dilansir Middle Easr Online pada Rabu (8/7/2015).

Carter menuturkan, keberadaan pasukan pemeberontak Suriah sangat penting bagi operasi koalisi internasional pimpinan AS untuk mengalahkan IS. Sebab, dengan adanya pasukan pemberontak yang terlatih, maka koalisi memiliki pasukan di darat, yang mampu mendukung serangan udara.

"Kami tahu program ini sangat penting. Kami membutuhkan rekan di darat, untuk dapat memastikan bahwa kami bisa mengalahkan dan memusnahkan IS untuk selama-lamanya," Carter menambahkan.

Program pelatihan pemberontak Suriah sendiri mendapat penolakan keras dari pemerintah di Damaskus. Menurut mereka, setelah berhasil mengalahkan IS, para pemberontak yang sudah terlatih tersebut akan kembali melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan, yang berujung dengan runtuhnya pemerintaha Suriah dibawah pimpinan Bashar al-Assad.

Sebuah hal yang memang sejatinya diharapkan terjadi di Suriah oleh AS, dan beberapa sekutu mereka, bukan hanya di Barat dan Eropa, tetapi juga di kawasan Timur Tengah. (Sindo/infoduniamiliter )

Link:  http://bit.ly/1NPjIWd

Militer AS Akan Pangkas 40 Ribu Tentaranya


Militer AS akan memangkas sebanyak 40.000 tentaranya di dalam dan di luar negeri selama dua tahun ke depan. Seorang pejabat pertahanan mengemukakan hal itu Selasa (7/7/2015) waktu setempat dan dinilai sebagai sebuah langkah yang akan meningkatkan keraguan kemampuan militer negara itu dalam berperang.

Harian USA Today melaporkan, berdasarkan rencana pemotongan anggaran, militer AS hanya akan berkekuatan 450.000 tentara pada akhir tahun anggaran 2017, walau pada 2013 militer dalam dokumen anggarannya berpendapat bahwa kekuatan yang kurang dari 450.000 tentara mungkin akan berarti tidak akan bisa memenangkan perang. 

Sebagai perbandingan, harian itu melaporkan, jumlah personel militer AS membengkak menjadi 570.000 pria dan wanita pada puncak pertempuran di Irak dan Afganistan. 

Laporan USA Today juga menyebutkan bahwa selain tentara, sebanyak pegawai sipil yang bekerja untuk militer juga akan diberhentikan. Pejabat yang menjadi sumber AFP membenarkan laporan tersebut. 

Harian itu mengutip dokumen yang diperolehnya dan mengatakan, pemangkasan tersebut dilakukan untuk menghemat uang.

Menurut USA Today, langkah itu akan mempengaruhi hampir semua pos militer AS di dalam negeri dan luar negeri.

Pejabat pertahanan tersebut mengatakan kepadaAFP bahwa militer berencana untuk mengumumkan pemotongan itu segera. Sementara laporan USA Today menyebutkan bahwa masalah itu akan dibahas pada pekan ini.

Pemotongan anggaran pemerintah secara keseluruhan dijadwalkan akan mulai Oktober mendatang dan jika Kongres tidak mencegah hal itu, militer harus memberhentikan sekitar 30.000 hingga 40.000 tentara. Demikian menurut dokumen yang dikutip USA Today itu.

Hal itu muncul hanya sehari setelah Presiden Barack Obama mengatakan bahwa koalisi yang dipimpin AS untuk memerangi Negara Islam akan meningkatkan serangannya di Suriah, serta memperingatkan bahwa pertempuran akan berlangsung lama. Ketika berbicara kepada wartawan setelah briefing di Pentagon hari Senin, Obama memperingatkan perang itu "tidak akan berlangsung cepat. Ini merupakan perang jangka panjang."

Obama menambahkan, banyak hal yang perlu dilakukan untuk melatih pasukan pemerintah syiah dan pejuang suku Sunni sekuler di Irak, serta pemberontak Suriah yang sekuler.

Menurut USA Today, sejumlah brigade yang ditempatkan di Fort Benning di Georgia dan Joint Base Elmendorf-Richardson di Alaska termasuk di antara yang akan dirampingkan. 

Senator Dan Sullivan, seorang Republikan dari Alaska, mengatakan kepada harian itu bahwa pemangkasan tersebut "tidak masuk akal secara strategis."

Lebih dari setahun setelah IS menguasai banyak wilayah Irak dan Suriah, Amerika Serikat dan sekutunya tengah berjuang untuk memerangi negara itu dalam lewat sejumlah serangan udara yang dikenal sebagai Operation Inherent Resolve.

Pentagon bulan lalu mengatakan, pihaknya sedang mengirim 450 tentara AS tambahan yang akan bertindak sebagai penasihat untuk membantu pasukan Irak dalam merebut kembali kendali di kota Ramadi dari IS. (Kompas/infoduniamiliter)

2 Tentara IS Hancurkan 13 Pesawat Tempur di Libya

Tentara Islamic State di wilayah Toroblus, Libya baru-baru ini melakukan operasi khusus menyabotase belasan pesawat tempur di Akademi Angkatan Udara kota Misrata, 187 kilometer timur ibukota Tripoli.
Pada Senin (19 Romadhon) kemarin, dua orang tentara IS dari unit pasukan khusus penyusup menyusup masuk ke dalam kompleks akademi militer dan melakukan aksi sabotase dengan menanam sejumlah bom, yang berhasil menghancurkan 13 unit pesawat tempur milik faksi shohawat Fajar Libya dimana selama ini melakukan serangan bombardir membunuhi kaum muslimin.
Dua tentara IS tersebut kemudian kembali menuju markas mereka dengan selamat, dan penuh kemenangan atas keberhasilan operasi militer khusus tersebut.[fudhail/Azzammedia/infoduniamiliter]

Markas Militer Prancis Kecolongan, Ratusan Peledak Dicuri



Sebanyak 40 buah granat, 180 detonator, dan peledak plastik dalam jumlah yang belum diketahui telah dicuri dari sejumlah gudang milik angkatan bersenjata Perancis.

Pencurian di pangkalan militer Miramas, sebelah barat kota Marseille, wilayah selatan Perancis itu, terjadi pada Minggu (5/7/2015) malam dan baru diketahui keesokan harinya.

Para pencuri itu diyakini memotong pagar yang membatasi wilayah pangkalan militer itu. Alhasil, Kementerian Pertahanan Perancis memerintahkan evaluasi masalah keamanan di seluruh pangkalan militer negeri itu.

Pangkalan militer Miramas yang memiliki areal seluas 202 kilometer persegi itu menjadi tempat penyimpanan amunisi yang digunakan militer Perancis yang bertugas di Mali dan Afganistan.

Wali Kota Miramas, Frederic Vigouroux, seperti dikutip kantor berita AFP, mengatakan, sebanyak sembilan gudang di pangkalan militer itu menjadi sasaran pencurian.

"Yang dicuri bukan kapas atau permen. Benda-benda yang dicuri ini adalah amunisi yang sangat berbahaya. Semua benda yang dicuri ini sangat berbahaya," ujar Wali Kota Viogouroux.

Perancis kini dalam kondisi siaga dalam mengantisipasi aksi-aksi terorisme pasca-serangan terhadap majalah Charlie Hebdo pada Januari lalu dan pemenggalan di dekat kota Lyon dua pekan lalu oleh seorang pelaku yang terkait dengan Islamic State. (Kompas/infoduniamiliter)


Top