Tajuk

Lokal

Islam

Barat

Timur

Like Us

Sejarah

California, AS Dilanda Kekeringan Parah

Regulator di California, Amerika Serikat, menerima tawaran bersejarah dari sekelompok petani di tengah kekeringan parah yang melanda negara bagian itu selama empat tahun berturut-turut.
Para petani besar di delta Sacramento dan San Joaquin mengatakan penggunaan air untuk pertanian sekarang akan dipangkas hingga seperempat dari jumlah biasanya. Mereka adalah para petani yang memegang hak guna air dalam jumlah besar.
Langkah sukarela ini ditempuh sebagai salah satu upaya mengatasi kekurangan air dan mencegah pengurangan paksa lebih lanjut.
"Kami mengalami musim kemarau panjang yang belum pernah terjadi sebelumnya. Persoalan itu menuntut kita mengambil tindakan yang belum pernah ditempuh sebelumnya," kata Felicia Marcus, Ketua Dewan Sumber Air California.
Konsesi yang ditawarkan sekelompok petani menunjukkan betapa parah dampak musim kemarau terhadap persediaan air.
Undang-undang perairan menguntungkan kelompok yang disebut pemegang hak senior, para petani dan pemilik tanah yang mempunyai lahan di sekitar sungai dan sumber air, atau mereka yang sudah mengandalkan sumber air tertentu sejak lebih dari satu abad lalu. (Bbc/infoduniamiliter )

Seluruh Perbatasan Irak-Suriah Sudah Dikuasai IS

Negara Islam (IS) merebut pos perbatasan terakhir yang menghubungkan Suriah-Irak, yang selama ini dikuasai tentara yang setia kepada pemerintah di Damaskus / Bashar Assad.
Informasi yang diperoleh organisasi yang memantau hak asasi manusia di Suriah (SOHR) menunjukkan tentara pemerintah mundur dari al-Tanf, biasa disebut pos penyebarangan al-Waleed oleh warga Irak, ketika milisi IS bergerak dan masuk ke kawasan.
Wartawan BBC di Baghdad mengatakan ada tiga titik penyeberangan antara Suriah-Irak dan ketiga-tiganya sekarang dikuasai IS, yang berarti Negara Islam makin leluasa mengatur atau mengirim pasok dari Irak ke Suriah dan sebaliknya.
Sehari sebelumnya Tentara IS merebut kota kuno Suriah, Palmyra, memicu kekhawatiran barat terhadao berbagai peninggalan sejarah penting di kota ini akan dihancurkan oleh IS. IS akan menghancurkan segala jenis patung dan memelihara bangunan lainnya.
Kekhawatiran barat ini didasarkan pada aksi IS menghancurkan patung pada situs-situs kuno dengan nilai sejarah yang tinggi di Irak.
SOHR mengatakan IS sekarang menguasai lebih dari 95.000 kilometer persegi wilayah Irak atau lebih dari 50%.
IS sudah merebut Provinsi Deir al-Zour dan Raqqa dan praktis menguasai Hasakeh, Aleppo, Homs, dan Hama.
Di Irak, IS merebut kota penting Ramadi di Provinsi Anbar setelah terlibat kontak senjata sengit selama beberapa pekan. (Bbc/infoduniamiliter )

Produsen Rudal Rusia Hadapi Sanksi Barat

Produsen rudal terbesar di dunia yang berbasis di Rusia, Almaz-Antey, melawan sanksi negara-negara Barat. Pihak Almaz-Antey telah mengajukan banding di pengadilan untuk melawan sanksi yang dijatuhkan Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS).

Perusahaan senjata Rusia itu mengklaim bahwa sanksi negara-negara Barat dengan dalih Rusia mendukung separatis pro-Moskow di Ukraina timur tidak sah. Alasannya, tidak ada bukti bahwa Almaz-Antey ikut memasok senjata untuk separatis di Ukraina timur.

Pengajuan banding di pengadilan itu sudah dilakukan Jumat kemarin. Almaz-Antey, yang merupakan perusahaan negara Rusia dijatuhi sanksi oleh negara-negara Barat sejak tahun lalu setelah Rusia menganeksasi Crimea. Sanksi berlanjut setelah Rusia dituduh mendukung separatis di Ukraina timur.

Dalam keterangan pers-nya, Almaz-Antey, menganggap sanksi dari negara-negara Barat merupakan tindakan ilegal. ”Tidak ada bukti yang telah disajikan oleh Dewan Eropa, bahwa (Almaz-Antey) terlibat dalam mendestabilisasi situasi di Ukraina,” kata Direktur Jenderal Almaz-Antey, Yan Novikov, dalam siaran pers yang dilansir Moscow Times, semalam (22/5/2015).

“Tanpa membuktikan tuduhan, dimasukannya perusahaan ini pada daftar sanksi adalah hal yang tidak masuk akal dan melanggar hak-hak dasar yang dijamin oleh Piagam Hak-hak Dasar dari Uni Eropa,” lanjut Novikov.

Perusahaan itu telah menyewa firma hukum Jerman, Taylor Wessing, untuk melawan sanksi Barat di Mahkamah Eropa di Luxembourg. Menurut bos Almaz-Antey tersebut, langkah hukum itu dilakukan atas rekomendasi Sekretariat Jenderal Dewan Uni Eropa yang meminta untuk meninjau bukti di balik penjatuhan sanksi itu.

(mas/sindo/infoduniamiliter )

IS Rilis Video Pembebasan Kota Sakhonah

Media Khilafah / Islamic State wilayah Homs merilis video pertempuran pembebasan kota Sakhonah yang terletak di provinsi Homs. 

Dalam operasi pembebasan ini, seorang ulama dari negeri dua kota suci (saat ini Arab Saudi), Syaikh Abu Malik At-Tamimi atau Anas An-Nasywan ikut dalam operasi pembebasan yang menjadi pertempuran terakhir beliau, saat ini beliau telah menjadi martir. (Shoutussalam /infoduniamiliter )



Belanda Larang Muslimah Kenakan Cadar

Belanda, Negara yang pernah menjajah Indonesia ini berencana melarang pemakaian jilbab yang menutupi wajah di tempat umum. Kabinet Belanda telah menyutujui Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang pelarangan pemakaian jilbab penutup wajah. Sangat miris, disaat yang sama Belanda mengizinkan konsumsi ganja. Cadar menurut sebagian madzhab islam adalah wajib, dan melarangnya adalah pelecehan.

Jilbab seperti itu akan dilarang dikenakan di sekolah, rumah sakit, transportasi umum dan gedung-gedung atau bangunan umum. Kendati demikian larangan itu ada pengecualian, terutama untuk kepentingan kesehatan atau terkait profesi tertentu.
  
RUU yang disetujui kabinet itu akan dikirim ke panel penasihat hukum untuk penilaian. Dalam aturan itu, mereka yang melanggar larangan dapat dikenakan didenda sampai € 405 atau sekitar Rp5,9 juta.

“Penutup wajah mungkin saja (dibolehkan) namun dipakai untuk kepentingan kesehatan atau keselamatan, untuk profesi atau peraga tertentu. Atau untuk berpartisipasi dalam kegiatan budaya,” lanjut pernyataan Pemerintah Belanda.

(mas/sindo/infoduniamiliter )

IS Serang Tentara Syiah di distrik Khisfah

Kantor Berita wilayah al Anbar, merilis reportase foto dari aksi penyerangan ofensif Tentara Islamic State terhadap markas besar militer Shofawi di distrik Khisfah, barat kota al Haditsah. Diperlihatkan dua orang Ksatria Pemburu Syahadah asal Prancis yang melakukan bom martir sebagai pembuka dari rangkaian operasi penyerbuan. (Azzammedia /infoduniamiliter )

Hizbullat: Perang Suriah Akan Menjadi Perang Panjang


Kelompok Hizbullat Libanon menilai tidak ada akhir untuk perang di Suriah. Sekutu Presiden Diktator Suriah, Bashar al-Assad itu mengajak arab untuk berdialog dengan Drakula Assad.

Wakil Pemimpin Hizbullat Libanon, Naim Qassem, dengan sombong mengatakan bahwa, para pemberontak di Suriah tidak akan mampu menggulingkan pemerintah Assad, meskipun saat ini para pemberontak memperoleh kemajuan, salah satunya IS yang telah merebut kota kuno Palmyra di Suriah. Diman disana terdapt penjara sadis Assad yang menyiksa puluhan ribu sunni.

Qassem mengatakan butuh waktu yang lama untuk memulihkan Suriah seperti dulu.”Tidak akan ada solusi untuk perang Suriah tanpa Assad, dan sudah waktunya bagi orang-orang Arab dan dunia untuk menyadari hal itu,” katanya dalam wawancara dengan Reuters di kantor Hizbullat, di Beirut, yang dilansir Jumat (22/5/2015).

Hizbullat telah menjadi sekutu Assad selama perang melanda negara itu empat tahun terakhir ini. Hizbullat telah mengerahkan banyak pasukannya untuk menolong Presiden Assad mempertahankan wilayah Suriah dari serbuan pejuang.

Di bagian lain, Hizbullat mengecam kebijakan Arab Saudi termasuk dalam konflik di Yaman. Menurut Qassem, Riyadh telah menerapkan standar ganda, karena mendukung pemberontak namun menekan kelompok itu di dalam negerinya.

Dia juga menyalahkan Amerika Serikat yang mengadopsi kebijakan yang tidak jelas di Timur Tengah. Saudi sendiri telah membantah mendukung kelompok radikal Sunni dan menuduh balik Iran dengan memperluas pengaruhnya untuk menciptakan ketidakstabilan di Timur Tengah.

”Kawasan ini sedang terbakar pada saat ini, tegang, tanpa solusi yang diusulkan. Sepertinya ini akan terus berlanjut selama beberapa tahun, dan ada juga risiko perpecahan di beberapa negara,” kata Qassem menggambarkan kondisi Timur Tengah.

(mas/sindo/infoduniamiliter )

IS Bom Kuil Syiah di Timur Saudi

Bom yang menyasar perayaan kelahiran Imm Huseim di kuil kaum Syiah di Qatif, Arab Saudi menewaskan 21 orang dan melukai 81 orang lainnya. Media-media Saudi melansir kondisi pemboman di kuil itu, di mana mayat-mayat tergeletak dan banyak karpet berlumuran darah

Bangunan kuil kaum syiah yang dinamai " Ali Ibn Abi Talib" di Kota Qatif, Saudi juga rusak parah.

Seorang warga Kota Qatif, Naseema Assada, mengatakan jamaah syiah itu sedianya akan merayakan kelahiran Imam Hussein, sosok yang dihormati di agama Syiah.

”Orang-orang syiah sangat marah,” katanya. Para penganut syiah yang selamat mencoba menghentikan polisi untuk memasuki masjid. 

Negara Islam (IS) wilayah Haromain mengaku sebagai dalang bom tersebut. Pembom diketahui bernama Abu Amer al-Najdi. Pemerintah Arab Saudi juga telah mengkonfirmasi serangan bom tersebut.

Wilayah tersebut banyak dihuni oleh kaum syiah yang dekat dengan Iran. Iran sendiri adalah negara yang paling bertanggung jawab setelah AS dalam pembunuhan masal terhadap sunni di Irak dan Suriah. Iran terus mendukung rezim Assad di Suriah dan rezim syiah di Irak. Bom ini dianggap balasan yang setimpal mengingat kekejaman syiah selama ini. 

Provinsi Sinai Ancam Balas 6 Jihadis Yang Dibunuh Alsisi

Mujahidin Khilafah / Islmic State yang menguasai provinsi Sinai menyebut sebagai syuhada’ enam orang yang dieksekusi oleh rezim Alsisi Mesir dan menngancam akan melancarkan serangan pembalasan.

Dalam rilisan audio yang dirilis oleh media Khilafah wilayah Sinai, Syaikh Abu Usamah Al-Misri sebagai petinggi mujahidin Khilafah untuk wilayah Sinai mengatakan dalam pesan audionya yang berjudul “Pesan-Pesan dan Hiburan” sesungguhnya darah syuhada yang akan berujung pada konsekuensi yang harus diterima oleh sang hakim dan pelaku eksekutor”.

Syaikh Abu Usmah Al-Misri juga menyerukan kepada kaum muslimin untuk membebaskan para tahanan di penjara-penjara thoghut, membunuh para thoghut dengan segala cara yang bisa dilakukan, mengambil senjata mereka dan merusak kehidupan mereka.

Mereka juga menyerukan untuk tandzim Al-Qaeda agar bersatu bersama saudara mereka di Islamic State, demikian juga untuk para aktivis Ikhwanul Muslimin yang telah menderita banyak pembunuhan dan penculikan oleh rezim firaun As-Sisi. (Shoutussalam /infoduniamiliter )



Irak Juga Minta Bantuan ke Rusia


Dalam kunjungan Perdana Menteri Iraq, Haider Al-Abadi ke Rusia, Abadi meminta bantuan negara tersebut untuk melakukan perlawanan terhadap Islamic State saat melakukan konferensi pers bersama Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev, Abadi menyebut, Irak membutuhkan Rusia untuk melawan IS.

Menurut Abadi, bantuan ini akan berbentuk kerjasama militer antara kedua negara. Kerjasama ini memungkinkan Rusia untuk mengirim senjata, atau penasihat militernya guna memberikan pelatihan bagi tentara Irak.

“Kami memahami, bahwa jihadis memberikan ancaman, bukan hanya kepada Irak, tapi juga pada negara-negara tetangga kami,” ucap Abadi, seperti dilansir media Al-Arabiya pada Kamis (21/5).

Iraq Minta Rusia Perangi IS Seperti Mereka Perangi NAZI

…pertempuran antara Irak dan IS sama halnya dengan pertempuran antara NAZI dan Rusia…

Abadi juga mengatakan, pertempuran antara Irak dan IS sama halnya dengan pertempuran antara NAZI dan Rusia, yang kala itu bernama Uni Soviet. “Dengan adanya kerjasama ini, kita dapat menang atas kekuatan ini (Islamic State), seperti yang Anda lakukan pada masa lalu,” ungkapnya.

Gayung pun bersambut, Medvedev mengatakan, Rusia akan mendukung dan meningkatkan kerjasama militer tersebut. Selain bertemu Medvedev, Abadi juga dijadwalkan akan melakukan pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Isu tentang IS pun masih akan menjadi fokus Abadi dalam pertemuan dengan Putin pada esok hari.
[M/dbs/shoutussalam /infoduniamiliter )

Seperti Bos, Dubes AS Angkat Kaki didepan Wakil PM Irak

Negara Amerika Serikat kembali menunjukan congkaknya dihadapan centengnya dalam sebuah pertemuan antara Dubes AS dengan Wakil Perdana Menteri Irak, Saleh al-Mutlaq, pada hari Kamis (21/05) kemarin.

Dalam rekaman video berdurasi 21 detik yang beredar di Youtube, nampak Dubes Stuart Jones dengan seenaknya mengangkat kaki dan mengarahkan sepatunya ke hadapan Wakil PM Saleh al-Mutlaq dalam sebuah pertemuan formal kenegaraan. Seakan-akan menunjukkan bahwa "aku bosmu" dan "kau hanya budakku".

Reaksi keras segera dilontarkan warga Irak kepada pemerintahan AS setelah melihat rekaman yang kini menyebar luas di kalangan warga Irak. Warga Irak yang marah tidak sadar bahwa memang pemerintahan baghdad adalah kaki tangan AS, dibentuk AS, didanai AS dan bukanlah sebuah pemerintahan yang independen.

Penulis terkenal Irak, Abdu Sami Karbuli, dalam komentaranya mengatakan bahwa sikap Dubes AS ini adalah sebuah penghinaan terhadap rakyat Irak, terlebih Dubes Stuart Jones saat itu adalah tamu dari Wakil PM Saleh al-Mutlaq.

Ini adalah penghinaan kedua yang diterima Irak setelah pada bulan Oktober 2010 lalu dalam kunjungan kenegaraan ke Teheran, pemerintah Iran tidak mengibarkan bendera Irak dalam pertemuan antara PM Nuri al-Maliki dengan Presiden Ahmadinejad.  Baik Iran maupun AS, merasa sebagai bos pemerintahan baghdad yang tak berdaya.(Rassd/Ram/infoduniamiliter )

Berikut videonya:


AS Beri Israel Rudal Seharga 1,8 Milyar Dolar

Surat kabar berbahasa Ibrani, Yediot Ahronot, mengungkapkan bahwa Pemerintah AS akan memberikan ribuan rudal baru kepada Israel senilai 1,8 miliar dolar AS, termasuk rudal dengan sistem operasi GPS dan laser.

Dalam terbitannya hari Kamis (21/05) kemarin, surat kabar Yediot Ahronot menyatakan bahwa Kongres AS telah menyatakan persetujuannya mereka untuk pemberian bantuan senjata senilai 1.879 miliar dolar AS kepada Israel .

Dalam kesepakatan tersebut AS akan memberikan 3000 rudal tipe Hellfire, 50 rudal bunker bawah tanah tipe BLU-113, dan 700 rudal bunker bawah tanah tipe BLU -109, serta sejumlah persenjataan lainnya.

Sementara itu pemerintah AS dalam keterangannya menyatakan bahwa pemberian ini adalah bentuk komitmen Amerika Serikat untuk menjaga keamanan dan pembangunan Israel, terlebih dalam mengembangkan kemampuan pertahanan diri.
. (Dostor/Ram/infoduniamiliter )

IS Serang Barak Militer Irak di Fallujah

kantor berita provinsi Fallujah merilis liputan foto dari operasi penyerangan Islamic State terhadap barak militer rezim syiah / Shofawi di sekitar Amiriyyah Fallujah, dimulai dengan aksi bom martir dan disusul dengan masuknya pasukan darat IS. (Azzammedia /infoduniamiliter )







AS Akan Kirim 2000 Senjata Tembus Besi ke Irak


Pentagon mengatakan akan mempercepat pengiriman 2.000 senjata anti-armor ke Irak. Kiriman senjata tersebut dipastikan harus tiba di Irak pada pekan depan.

Senjata tersebut dikirim untuk membantu para tentara Irak melawan Tentara Islmic State / Khilafah yang terus menggunakan bom mobil. Seorang juru bicara Pentagon, Kolonel Steve Warren mengatakan, senjata AS yang dikirimkan tersebut dirancang untuk menembus baju besi.

“Sehingga berguna dalam menghentikan alat peledak kendaraan atau bom mobil, seperti yang yang dilakukan pejuang IS di Ramadi selama akhir pekan ini,” kata Warren seperti dilansir dari AP, Jumat (22/5).

Warren menambahkan, saat ini AS juga sedang mempercepat pengiriman persenjataan lain dan teknologi ke Irak untuk mendukung upaya merebut kembali wilayah Irak dari Tentara IS.

Senjata itu akan digunakan oleh pasukan syiah irak yang menjadi bonkanya. AS sendiri tidak berani menerjunkan pasukan darat karena trauma masa lalu ketika ratusan ribu pasukannya tewas di Irak dalam melawan mujahidin irak yang saat ini menjelma menjadi negara islam yang jauh lebih kuat. (rz/eramuslim /infoduniamiliter )

IS Tanam Ranjau di Utara Baghdad

Ranjau-ranjau yang ditanam Tentara Islamic State efektif menghantam target-target tentara rezim syiah irak / Shafawi di utara Baghdad. 
Video Player
00:00
02:45
Link Download:

Pipa Minyak Bocor, California Darurat

Gubernur Jerry Brown mengumumkan pernyataan tersebut Rabu malam (20/5), sehari setelah tumpahan minyak itu ditemukan hari Selasa di Pantai Refugio, dekat kota Santa Barbara di California selatan.
Negara bagian California Amerika Serikat telah menyatakan keadaan darurat di sebuah wilayah pantai, yang dilanda bencana salah satu tumpahan minyak terburuk di kawasan itu.
Gubernur Jerry Brown mengumumkan pernyataan tersebut Rabu malam (20/5), sehari setelah tumpahan minyak itu ditemukan hari Selasa di Pantai Refugio, dekat kota Santa Barbara di California selatan.
Pernyataan tersebut memungkinkan dana cadangan negara bagian untuk digunakan membantu pembersihan. Tumpahan minyak itu dilaporkan akibat kebocoran sebuah pipa di darat.
Para pejabat memperkirakan lebih dari 100.000 galon minyak telah tumpah, sebelum berhasil dihentikan Selasa malam (19/5), dan sekitar 21.000 galon mungkin telah merembes ke pantai, kemudian mengalir ke laut.
Seorang juru bicara Garda Pantai AS mengungkapkan tumpahan minyak itu meliputi sekitar 15 kilometer dari garis pantai. Sejak upaya pembersihan hari Rabu, lebih dari 6.000 galon minyak berhasil dikumpulkan.
Perusahaan pengelola pipa “Plains All American Pipeline LP,” telah meminta maaf, dan mengatakan, sedang melakukan operasi pembersihan yang berkesinambungan.
Daerah garis pantai itu pernah dilanda salah satu tumpahan minyak terbesar AS pada tahun 1969. Malapetaka itu telah membantu mengilhami gerakan sadar lingkungan AS yang terus giat hingga hari ini. (VOA/infoduniamiliter )

IS Rilis Sebagian Video Pembebasan Ramadi

Kantor Media wilayah Al Anbar merilis video pertempuran pembebasan Albu Faraj di tengah-tengah kota Ramadi. Operasi ini merupakan bagian dari pertempuran dalam rangka penaklukan Ramadi yang telah dikuasai penuh oleh mujahidin Islamic State  pada pekan lalu. (Azzammedia /infoduniamiliter )

Video Player
00:00
13:53
Sumber Video:

Rohingya Ditolak Malaysia dan Indonesia, Ditolong Nelayan Aceh

Ratusan pengungsi dari Myanmar dan Bangladesh resah ketika mereka diusir pergi oleh TNI Angkatan Laut (AL) Indonesia dan Malaysia. Tak disangka, mereka justru selamat karena kebaikan hati para nelayan Aceh yang membawa mereka ke darat dan memberi mereka makan.
Marzuki Ramli (45 tahun) nelayan asal Kuala Langsa Aceh saat itu sedang bersama 30 nelayan lainnya menangkap ikan menggunakan pukat pada Kamis malam tanggal 14 Mei 2015. Ia berada di perahu miliknya yang yang berukuran 26 x 6 meter, sekitar 35 mil dari pinggir pantai.
Sebuah kapal nelayan kecil tiba-tiba melintas, dan meminta bantuan. Diketahui mereka sudah tiga bulan tarkatung-katung di lautan lepas.
“Woi, cepat pergi ke sana, ada orang yang mengapung-apung di laut. Kalau kalian terlambat datang, bisa mati semua,” kata orang itu seperti dituturkan Marzuki pada Jum’at (15/5/2015) seperti dilansir Rappler.
Marzuki dan nelayan lainnya segera mengarah ke kerumunan orang-orang yang mengapung tersebut. Jaraknya sekitar 5 mil atau 1 jam perjalanan dari tempat mereka menangkap ikan. Ketika sampai, para nelayan langsung menarik para pengungsi tersebut dari laut. Perahu Marzuki hanya sanggup menampung 250 orang.
…Sebab dalih kedaulatan, tentara TNI-AL memerintahkan para pengungsi Rohingya pergi menjauh dari daratan, hingga ditolong oleh sejumlah nelayan Aceh…
Marzuki segera mengontak nelayan yang lain, dan datanglah 5 perahu nelayan yang membantu Marzuki mengevakuasi para pengungsi. Totalnya ada 672 orang, terdiri dari laki-laki, perempuan dan anak-anak. “Begitu kapal nelayan merapat, para pengungsi langsung melompat ke perahu,” kata Marzuki.
Butuh dua jam bagi Marzuki dan 5 kapal lainnya untuk melakukan evakuasi tersebut, karena kondisi langit sangat gelap dan ombak yang tinggi. Ada dua orang yang diduga preman ditinggal di tengah laut.
“Ini dari pengakuan para pengungsi bahwa ada dua orang yang disebut sering memukul, daripada berkelahi maka kami tinggal,” katanya. Ada lagi, satu orang yang sudah meninggal dengan kondisi tangan putus di kapal juga ditinggalkan.
Nelayan Memasak Untuk Pengungsi yang Kelaparan
Saat mereka ditemukan, para pengungsi hanya memakai celana pendek dan kaos singlet. “Kebanyakan dari mereka tidak pakai baju, dan tubuhnya lemas,” kata Marzuki.
Setelah menarik para pengungsi, nelayan mengeluarkan stok air minum dan bahan makanan. Gula dan kue langsung disantap habis oleh para pengungsi yang kelaparan. Karena tak cukup, para nelayan memutuskan untuk mengeluarkan stok beras dan memasak untuk para pengungsi.
“Butuh waktu sekitar 20-30 menit untuk memasak. Makannya pun di tangan, karena persediaan piring tak cukup,” katanya.
Ar Rahman Salah satu nelayan dari Langsa, mengatakan ia mendapatkan informasi dari radio komunikasi mengenai kapal yang hampir tenggelam di perairan Aceh Timur.
“Lalu saya dan kawan-kawan menuju lokasi untuk menolong mereka. Ketika sampai di sana kami melihat ratusan orang, laki-laki dan anak-anak, perempuan dan orang lanjut usia. Ketika melihat kami laki-laki melompat ke laut dan berenang, sedih kami melihatnya,” jelas Ar Rahman.
“Laki-laki melompat ke laut sambil histeris dan berteriak Allahu Akbar. Mereka meminta tolong dengan bahasa mereka,” jelas Ar Rahman dilansir BBC Indonesia.
Proses evakuasi para pengungsi ke pelabuhan Kuala Langsa kala itu dilakukan oleh lebih dari enam kapal nelayan dari Langsa. Mereka lalu dibawa ke Teluk Langsa dan ditangani kepolisian setempat serta pemerintah daerah.
Cerita mengenai kebaikan nelayan Aceh bagi pengungsi tak hanya sebatas menyelamatkan. Pada gelombang pengungsi sebelumnya, warga Aceh membantu dengan memberikan makanan ke tempat penampungan.
Mereka Dihalau AL Karena Dalih ‘Kedaulatan’
Para pengungsi yang ingin pergi ke Malaysia ini ditinggalkan kapten kapal terombang-ambing di tengah laut. Ketika mereka mendekati Indonesia, mereka mengatakan kapal TNI AL menghampiri, memberi makanan dan minuman, lalu disuruh pergi.
Dalam keadaan resah karena mesin kapal mati dan terapung-apung beberapa hari di lautan, kapal milik angkatan laut Malaysia mendekat. Lagi-lagi, mereka hanya diberi bantuan makanan dan minuman. Perahu mereka lalu ditarik ke tengah laut oleh angkatan laut Malaysia.
“Kami dilepas di tengah laut, dekat perairan Indonesia,” kata Sahidul, salah seorang pengungsi.
Panglima TNI Jenderal Moeldoko pun membenarkan penolakan tersebut.
“Untuk suku Rohingya, sepanjang dia melintas Selat Malaka, kalau dia ada kesulitan di laut, maka wajib kita bantu. Kalau ada sulit air atau makanan, kita bantu, karena itu terkait human. Tapi kalau mereka memasuki wilayah kita, maka tugas TNI untuk menjaga kedaulatan,” dalih Moeldoko.
Menurut Moeldoko, bila para pengungsi dibiarkan masuk ke wilayah Indonesia, mereka akan memunculkan persoalan sosial. “Urus masyarakat Indonesia sendiri saja tidak mudah, jangan lagi dibebani persoalan ini,” katanya.
Saat ditanyakan bagaimana nasib para pengungsi dari warga Muslim Rohingya ini jika tak ada negara yang mau menampung, Moeldoko menolak berkomentar. Moeldoko mengatakan itu urusannya Menteri Luar Negeri (Menlu). [GA/acy/infoduniamiliter )

IS Rebut Bandara Internasional di Suriah dan Bebaskan Tawanan

Selain menguasai penuh kota bersejarah Palmyra atau Tadmur, Tentara Islamic State / Khilafah juga mengumumkan kontrol penuh atas Bandara Internasional dan Penjara Pusat, tak memberi ruang sedikitpun bagi rezim Nushairiyyah di dalam kota.
“Bandara Internasional tadmur jatuh ke tangan Daulah Islamiyyah, setelah ikhwah Mujahidin melewati pertempuran sengit beberapa hari di kawasan utara pangkalan udara,” Reporter Azzam Media melaporkan pada Kamis (3 Sya’ban).
“Kemudian berlanjut dengan Penjara Pusat Tadmur, salah satu penjara paling kejam milik rezim Nushairiyyah untuk menawan dan menyiksa lawan-lawan politiknya dari sejak tahun 80-an,” imbuhnya.
Koresponden lapangan Azzam Media belum bisa memberikan laporan resmi berapa jumlah tawanan kaum Muslimin dari dalam Penjara Pusat Tadmur yang berhasil ditolong dan dibebaskan. [shuhayb/fudhail/azzammedia /infoduniamiliter )

Muslim Rohingya 3 Bulan Tidak Makan, di Aceh Makan

Seorang warga Muslim Rohingya yang pergi dari negaranya sendiri, yakni Myanmar mengaku sudah berbulan-bulan mengapung di air tanpa persediaan bahan makanan pokok yang mencukupi untuk seluruh penumpang kapal yang ia tumpangi.
Suara Hasan Ali lirih saat menceritakan perjalanannya di laut hingga berakhir di Indonesia. Seperti warga minoritas Muslim Rohingya lainnya, Hasan adalah pelarian dari diskriminasi dan kekejaman yang diterimanya umat Budha dan pemerintah Budha di Myanmar.
Hasan bersama lebih dari 300 warga Muslim Rohingya dan Bangladesh diselamatkan oleh warga Desa Simpang Lhee, Julok, Aceh Timur pada Rabu (20/5/2015) dini hari. Mereka kemudian ditempatkan di meunasah, diberi pakaian, mandi dan makan sepuasnya, dari hasil swadaya masyarakat setempat.
“Tiga bulan kami tidak makan, kini kami makan,” kata Hasan sambil terisak saat diberikan dua piring berisi penuh nasi dan lauk oleh warga desa, pada Rabu (20/5/2015). Melihat Hasan menangis, warga lainnya juga ikut meneteskan air mata.
Hasan mengatakan, dirinya pergi dari Myanmar dibantu oleh seorang warga Rohingya yang telah hidup makmur di Thailand bernama Anwar. Bersama ratusan warga Muslim Rohingya lainnya, Hasan ditempat di kapal yang dilarung ke laut.
Kehidupan mereka di laut mengenaskan. Kapal mereka dirusak oleh lima orang Myanmar. Pria 33 tahun ini menceritakan, di tengah laut lima orang warga Myanmar tiba-tiba datang, membawa makanan dan minuman untuk ditukar dengan bagian mesin kapal.
“Mesin diangkat, bensin juga dibawa. Ditukar dengan beras, air, cabe dan garam,” ungkap Hasan.
Kapal mereka tidak diperbolehkan merapat ke Thailand dan Bangladesh. Bantuan dari kedua negara tersebut hanya berupa makanan seadanya, dilemparkan dari helikopter. Pasokan yang tipis, Hasan hanya makan sehari sekali, minum dua kali sehari.
“Ada dapur di kapal, untuk memasak nasi dan garam. Mie instan kami makan mentah tanpa dimasak,” kata Hasan.
Untuk diketahui bersama, Hasan diselamatkan oleh para nelayan di desa Simpang Lhee pada Rabu (20/5/2015) dini hari tepat di saat persediaan makanan mereka habis. Kini dia bisa memakai pakaian yang layak, makan yang kenyang, dan tanpa rasa takut akan kehilangan nyawa di laut.
Sampai saat ini masih ada ribuan warga Muslim Rohingya yang ditampung di beberapa lokasi di Aceh. Sebagian tiba pekan lalu saat kapal mereka mencapai pantai Lhokseumawe dan Langsa.
Sementara itu, menurut data yang ada menyebutkan jika jumlah imigran asal Myanmar dan Bangladesh yang terdampar di Aceh telah mencapai 1.346 orang. Jumlah ini belum termasuk ratusan imigran yang terdampar di perairan Aceh pada Rabu (20/5/2015) pagi.
Sedangkan warga Muslim Myanmar dan Bangladesh yang masih terkatung-katung di lautan lepas yang diperkirakan berjumlah sekitar 7.000 orang. [GA/CNNi/infoduniamiliter )

75 Persen Pasokan Listrik, Gas dan Minyak di Suriah dikuasai IS

Setelah menguasai kilang minyak Jazal, Tentara Islamic State / Khilafah menduduki Stasiun T3 di timur kota Palmyra, fasilitas penting produksi logistik sumber daya alam yang terakhir di kawasan Timur Homs bagi rezim Nushairiyyah Bashar al Assad.
“Tentara Khilafah berhasil menguasai T3 terjadi atas kehendak dan pertolongan Allah pada siang Kamis ini (3 Sya’ban), yang dimulai dengan aksi amaliyyah istisyhadiyyah menewaskan 40 Tentara rezim Nushairiyyah,” reporter Azzam Media melaporkan.
“Perlu diketahui, T3 merupakan terminal penting yang memompa minyak mentah dari seluruh fasilitas produksi minyak di seantero Iraq dan Suriah menuju terminal Tanker Minyak di pesisir laut Mediterania. Penaklukan ini sangat signifikan memutus pasokan logistik rezim Nushairiy,” imbuhnya.
Penguasaan Khilafah atas T3 datang setelah Mujahidin menaklukkan fasilitas-fasilitas energi Nuashairiy lain di Timur Homs, diantaranya Perusahaan Gas Araak, kilang minyak Hayl, dan al Jazal.
“Dengan ini, 75% suplai logistik rezim Nushairiyyah berupa produksi energi listrik dan gas alam terputus, dan menjadi milik Islamic State,” reporter Azzam Media melaporkan.[shuhayb/fudhail/azzammedia /infoduniamiliter )

AS Jamu Presiden Tunisia

Presiden Amerika Serikat Barack Obama akan bertemu dengan Presiden Tunisia, Beji Caid Essebsi, di Gedung Putih, Kamis (21/5), untuk membantu menggaris bawahi dukungan Washington bagi transisi demokrasi di negara itu. Demokrasi akan lebih memeberi kesempatan AS untuk mengeruk kuntungan di Tunisia.
Presiden Tunisia, Beji Caid Essebsi memegang jabatan setelah pemilihan umum di negerinya bulan Desember lalu.
Para pejabat Amerika Serikat mengatakan Presiden Barack Obama akan bertemu dengan Presiden Beji Caid Essebsi, di Gedung Putih, Kamis (21/5), untuk membahas peningkatan bantuan militer dan ekonomi Amerika Serikat bagi Tunisia, berkaitan dengan masalah pengangguran pemuda yang luas dan ancaman ketidakstabilan regional. Tentu saja hal ini tidak gratis, hal itu harus dibayar dengan kblebijakan tunisia yang harus pro pada AS.
Presiden Zine El Abidine Ben Ali yang lama berkuasa, digulingkan oleh protes-protes demokrasi tahun 2011, yang mengilhami Kebangkitan Arab di seantero Afrika Utara dan Timur Tengah. (Voa/infoduniamiliter )

Lari dari Pertempuran, 50 Tentara Assad Disergap

Sedikitnya 50 Tentara Loyalis Bashar Assad / Nushairiyyah tewas terbunuh dalam serangan penyergapan Tentara Islamic State di jalan Internasional Tadmur (Palmyra)-Homs, dekat perusahaan minyak dan gas alam Furqlus.
“Mereka adalah tentara rezim Nushairiyyah yang lari mundur dari front pertempuran melawan Daulah Khilafah di kota Palmyra,” Reporter Azzam Media melaporkan.
“Namun upaya mereka kabur nampaknya tak berjalan mulus, justru berakhir mengenaskan disergap oleh ikhwah Mujahidin pada kemarin Kamis (3 Sya’ban) di fajar hari, 50 Nushairiyyah tewas, dan 10 kendaraan tempur lapis baja mereka hancur,” imbuhnya. [shuhayb/fudhail/azzammedia /infoduniamiliter )

AS Khawarir Drone Miliknya dihack


Maraknya aksi peretasan menyimpan kekhawatiran tersendiri bagi angkatan bersenjata Amerika Serikat (AS), terutama terkait drone miliknya. Tentara AS disebut tengah mencari perusahaan untuk membekali sistem anti hack pada drone mereka.

Tapi tak sebatas bisa menangkis serangan hacker, AS juga ingin drone miliknya punya sistem keamanan yang bahkan bisa melawan balik serangan hacker yang ingin meretas ke dalam sistem. Bila disetujui, rencananya teknologi ini juga bakal disematkan di sistem misil dan pertahanan udara milik AS lainnya.

Namun seperti detikINET kutip dari Engadget, kamis (21/5/2015), proposalnya masih dalam tahap pengerjaan. Kemungkinan baru tahun 2016 nanti tentara AS mulai berburu perusahaan keamanan yang bakal dipercaya untuk mengembangkan sistem anti-hack tersebut.

Meski begitu keputusan AS ini menuai sejumlah keraguan analis. Pasalnya pengembangan sistem keamanan bukanlah hal yang gampang, apalagi hacker biasanya cepat mempelajari sistem keamanan yang ada.

Tapi kabar baiknya adalah ke depannya sebuah drone setidaknya dipastikan bakal punya sistem keamanan sendiri. Dengan begitu pemiliknya tak perlu terlampau khawatir kalau-kalau drone yang dikendalikannya justru menyerang balik.


(yud/fykdetik/infoduniamiliter )

Top