Bulan ini, Dabiq berkesempatan untuk mewawancarai salah seorang Amir yang diutus oleh Khilafah mengurusi wilayah Libya – Abul Mughirah al Qahtaniy hafidzohullah. Berikut di bawah ini tanya jawab tersebut.
Dabiq: Bagaimana peta pertempuran di Daulah Islamiyyah wilayah Libya?
Abul Mughirah: Peta pertempuran di wilayah Libya adalah memerangi semua musyrikin, karena mereka memerangi kita bersama-sama. Kondisi militer di Libya berbeda dari daerah ke daerah, tergantung pada jumlah Junud Khilafah dan jenis musuh, di samping komposisi sosial dan geografi berbagai daerah. Bergantung juga pada konflik dan koalisi yang terjadi di barisan kaum murtaddin sendiri. “Kamu kira mereka itu bersatu, padahal hati mereka berpecah belah.”[QS Al Hasyr 14] Tapi kami meyakinkan umat Islam baik di bumi belahan timur dan barat bahwa Libya tidak akan diatur kecuali dengan syari’at Allah dan Daulah Islamiyyah oleh karunia Allah akan membuka jalan cepat menuju konsolidasi dan ekspansi.
Daulah Islamiyyah memiliki operasi militer dan keamanan di Tarabulus, Misratah, Tubruq, al Bayda’, Sabratah, dan Ajdabiya. Daulah Islamiyyah eksis mengontrol sejumlah daerah di Dernah dan Benghazi, selain otoritas penuh atas kawasan pesisir yang membentang dari Buqarin menuju Binjawad, yang mencakup sejumlah kota dan daerah, yang paling penting diantaranya kota Sirte, al ‘Amirah , Harawah, Umm Qindil, dan Nawfaliyyah.
Dabiq: Bagaimana situasi kelompok murtad “Fajr Libya “?
Abul Mughirah: Fajr Libya adalah sayap militer resmi pemerintahan demokratis “Generakl National Congress” (dengan embel-embel “Islam”) yang diwakili oleh “Ikhwanul Muslimin” dan “Jama’ah al Muqotilah al Islamiyyah Libya” yang dipimpin oleh Abdelhakim Belhadj . Pasukan murtaddin ini memerangi Dienullah dengan meninggalkan hukum syari’at dan menggantinya dengan hukum buatan manusia, serta memerangi para muwahhidin, menyeret mereka ke balik jeruji penjara, dan menyerahkan mereka pada tentara salibis. Karena perang mereka melawan Dienullah dan Awliya’-Nya itulah Daulah Islamiyyah bangkit untuk menghalau serangan mereka terhadap Muslimin dan untuk menegakkan syari’at, menebarkan keadilan, dan menyelamatkan para tawanan dari marabahaya. Mereka akan terus menjadi sasaran tebasan pedang kami, dimana kami tidak akan berhenti sampai mereka bertobat dari kekufuran mereka dan loyalitas mereka kepada musuh-musuh Allah dari kalangan salibis dan sekularis.
Dabiq: Bagaimana situasi dengan thoghut Haftar?
Abul Mughirah: Kami memiliki sejumlah front dalam memerangi thoghut Haftar, kepala tentara nasional Libya di bawah rezim pemerintahan Tubruq di Timur Libya. Daulah Islamiyyah berperang melawan tentara murtad Libya di sejumlah front dekat kota Benghazi, front terpenting adalah as Shobiri dan al Laytsi. Daulah Islamiyyah juga menghadapi beberapa front terdepan melawan mereka dekat Dernah, yang paling penting adalah front Martubah dan Nawwar. Daulah Islamiyyah juga menargetkan lokasi mereka di kota Ajdabiya. Pasukan sekuler Haftar adalah target serangan Junud Khilafah di mana saja pasukan-pasukan dini bersarang. Kami tidak akan lengah sedikitpun dalam memerangi mereka, sampai tidak ada lagi fitnah dan agama semuanya untuk Allah.
Dabiq: Bagaimana dengan situasi kelompok Murtaddin “Majelis Syura Dernah”? Dan bagaimana peperangan melawannya dimulai? Pun bagaimana sejarah “majelis” tersebut berkaitan dengan Islam atau kekufuran?
Abul Mughirah: Kelompok Majelis ini terdiri dari dua elemen utama: “Brigade Syuhada’ Abu Salim ” dan “Jama’ah Muqotilah al Islamiyyah Libya,” kekufuran mereka sangat jelas karena keikutsertaannya dalam pemerintahan Tarabulus “Jama’ah Muqotilah al Islamiyyah Libya.” Ia ikut andil dalam proses demokrasi di bawah kepemimpinan Abdelhakim Belhadj. Adapun “Brigade syuhada’ Abu Salim,” dulunya adalah brigade Salafi. Sebagian besar Junud Daulah Islamiyyah di Dernah berasal dari pendiri brigade itu. Mereka meninggalkan kelompok tersebut setelah jatuh ke dalam sejumlah pembatal keislaman, yang paling terkenal adalah ikut sertanya mereka dalam operasi Kementerian Dalam Negeri yang dikenal sebagai “Komite Keamanan.” Mereka menjadi pasukan keamanan untuk thoghut Musthofa Abdul Jalil, Ketua Dewan Transisi Nasional, ketika ia mengunjungi Dernah untuk menyerukan penerapan demokrasi. Sejak itu, ikhwah-ikhwah yang memiliki manhaj yang baik bergegas meninggalka kelompok itu. Mereka bahkan membunuh pemimpin brigade yang memimpin menuju kekufuran. Semua ini terjadi sebelum ekspansi resmi Daulah Islamiyyah ke Libya. Setelah Allah memberkahi kita dengan ekspansi ke Libya, dan sebagian besar kelompok di Dernah mengikrarkan bai’at pada Daulah Islamiyyah, Brigade Abu Salim meminta lawan-lawannya dari kelompok lain merujuk pada Mahkamah Daulah Islamiyyah untuk sebuah resolusi. Setelah mempelajari kondisi brigade dan bagaimana mereka terjatuh dalam praktik kekufuran, Mahkamah Daulah Islamiyyah memutuskan bahwa brigade tersebut telah murtad dan mengajak setiap anggotanya untuk bertobat.
Sejumlah pengikut dan pemimpinnya mengumumkan tobat, sementara sisanya berkumpul bersama-sama dengan “Jama’ah Muqotilah al Islamiyyah Libya” guna membentuk koalisi bernama “Majelis Syura Dernah.”
Dabiq: Bagaimana dengan kelompok Anshar Syari’ah?
Abul Mughirah: Banyak pemimpin dan tentara Anshar Syari’ah generasi pertama berbai’at pada Daulah Islamiyyah di Libya. Kelompok ini terus dibanjiri oleh orang-orang yang ingin menerapkan syariat meskipun kelompoknya itu meninggalkan kewajiban yang hilang di era ini dan lebih memilih berpecah belah ketimbang bersatu, yang paling kentara adalah kurang engganya mereka merapatkan barisan dengan berbai’at kepada khalifah dan cenderung bersatudengan gerakan-gerakan “revolusioner” yang terkait dengan rezim murtad Tarabulus di beberapa daerah serta penerimaan bantuan di daerah lain yang dicurigai berasal dari tangan-tangan kotor. Kelompok ini juga memiliki sikap yang bertentangan dari satu daerah dengan daerah lain lantaran orientasi yang berbeda dari para jajaran pemimpin dan tentaranya. Beberapa sikap kontradiktif dikarenakan kedekatan beberapa pemimpin mereka terhadap orang-orang “al Qa’idah di Maghrib Islam” yang berada di Libya.
Dabiq: Bagaimana situasi di wilayah Libya berkaitan dengan pemerintahan?
Abul Mughirah: Daulah Islamiyyah yang masih muda di Libya ini terus menjalankan misi awalnya, meskipun kehadirannya di sini belum sampai setahun penuh. Sebagai misalnya, Daulah Islamiyyah mampu memerintah Dernah di bawah naungan syari’at meskipun banyaknya rintangan dan kepahitan yang terwujud dalam kelompok-kelompok menyimpang dan faksi-faksi yang terpecah belah akibat mengabaikan bai’at pada Khilafah. Hasil penegakan hukum syari’at baik pada kaum yang kuat maupun lemah dan menegakkan pertobatan pada orang-orang murtad akibat kehadiran beberapa faksi menyimpang yang terpisah-pisah di wilayah tersebut menyebabkan Daulah Islamiyyah diperangi secara bersama oleh kelompok-kelompok yang mengobarkan perang melawannya.
Di kota-kota dan daerah yang dikontrol, Daulah Islamiyyah telah meletakkan pondasi yang tepat. Daulah tahu bahwa pembentukan agama dan pelaksanaan syariah tidak dapat dicapai benar dengan kehadiran kelompok-kelompok, organisasi, dan pihak-pihak lain yang menyimpang dan berpecah belah di dalam wilayahnya. “Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya.” [Asy Syura 13] Sehingga mereka bekerja untuk membersihkan bumi dari berbagai kerusakan di samping menegakkan syari’at.
Dabiq: Bagaimana cerita terkait apa yang terjadi di Dernah?
Abul Mughirah: Pengkhianatan Shohawat di Dernah adalah karena perbedaan agama, konflik manhaj, dan arogansi beberapa pemimpin “revolusioner” yang berada di Dernah. Daulah Islamiyyah menjadikan kelompok-kelompok tersebut tersakiti hatinya lantaran manhajnya yang bersih dan jalannya yang jelas. Daulah Islamiyyah berhasil mencapai hasil-hasil perjuangan dalam satu bulan dari perjuangan yang tidak mampu mereka capai tiga tahun yang lalu. Daulah Islamiyyah secara terbuka menyatakan kekufuran dari kelompok-kelompok murtaddin dan menyeru mereka untuk bertobat, termasuk diantaranya brigade Abu Salim. Kata-kata kebenaran dan eklarasi pembentukannya membuat marah mereka. Pun juga lantaran Daulah Islamiyyah menghapus kejahatan, menegakkan kebaikan, dan melarang kejahatan. Karenanya mereka memulai langkah-langkah kotor mereka dengan makar pengkhianatan.
Mereka berkoordinasi dengan kelompok murtad “jama’ah al Muqotilah al Islamiyyah Libya” untuk membuat formasi, yang mereka namakan “Majelis Syura Dernah.” Mereka juga secara berliku-liku menduduki kawasan-kawasan penting di kota dalam persiapan untuk menyerang Daulah Islamiyyah. Mereka berusaha untuk merancang permasalahan sehingga menjadi alasan untuk memerangi Daulah Islamiyyah. Awal pengkhianatan mereka adalah penyerbuan terhadap dua pos pemeriksaan di dekat pintu masuk barat dan timur kota. Mereka mengepung gedung Mahkamah Islamiyyah, membenarkan aksinya itu dengan dalih yang lemah. “Dan bahwasanya Allah tidak meridhai tipu daya orang-orang yang berkhianat.” [QS Yusuf 52]
Daulah Islamiyyah kemudian mundur dari pusat kota Dernah di awal pertempuran dan menjadikan pintu masuk timur ke kota Dernah (distrik al Fataa’ih) sebagai basis peluncuran operasi terhadap Shohawat. Setelah itu, “Majelis Syura Dernah” mengumumkan peluncuran “Pertempuran Nahrawan” untuk mengambil daerah al Fataa’ih dengan bantuan pasukan “Syuhadaa’ al Jabal,” yang termasuk bagian dari tentara nasional Libya Haftar. Daulah Islamiyyah terus bergerak maju menuju pusat Dernah. Dalam beberapa hari terakhir, merebut kembali kawasan pesisir timur Dernah. Segala puji bagi Allah. Hingga kini pertempuran masih terus berlanjut.
Dabiq: Bagaimana yang terjadi di kota Sirte?
Abul Mughirah: Adapun Sirte, tidak ada makar pengkhianatan tetapi Daulah Islamiyyah telah menguasai kota, dan masih ada kantong-kantong wilayah pendukung thoghut Haftar dan para pendukung thoghut Gaddafi, karena mereka menganggap Sirte sebagai tempat kelahirannya. Ada juga perlawanan dari beberapa pengikut Madkhali Murji’ah, yang mengangkat senjata melawan Daulah Islamiyyah. Penghancuran terhadap kantong-kantong pemberontakan tersebut berhasil dilakukan dan persenjataan serta keuangan mereka diambil sebagai ghonimah. Diterima ikrar pertobatan dari anggota-anggotanya yang bertobat. Segala puji bagi Allah.
Dabiq: Apa saja jenis kebutuhan yang diperlukan oleh wilayah Libya dari segi personil (ulama, dokter, insinyur, mujahid, dll)?
Abul Mughirah: Daulah Islamiyyah di Libya masih muda. Karenanya sangat membutuhkan setiap muslimin yang hendak berhijrah, terutama tenaga medis, syar’i, dan administrasi, disamping para mujahid petempur.
Dabiq: Apa pentingnya wilayah Libya terkait masa depan Khilafah dan ummat Islam serta perang melawan tentara salibis dan murtaddin?
Abul Mughirah: Libya memiliki nilai kepentingan yang besar bagi umat Islam, karena ia terletak di Afrika dan selatan Eropa. Negeri ini juga kaya akan sumber daya alam yang tidak mengering. Semua Muslimin memiliki hak atas sumber daya tersebut. Ia juga merupakan pintu gerbang bagi padang pasir Afrika yang membentang hingga sejumlah negara Afrika. Karenanya penting untuk dicatat bahwa sumber daya alam di Libya menjadi perhatian kafir Barat karena ketergantungan mereka pada Libya selama beberapa tahun, terutama berkaitan dengan minyak dan gas. Kontrol Daulah Islamiyyah atas wilayah ini akan berimbas pada penghancuran ekonomi, terutama terhadap Italia dan seluruh negara-negara Eropa.
Dabiq: Kami telah menyaksikan pesan-pesan dari ikhwah-ikhwah Anshor di Libya yang mengundang umat Islam di seluruh dunia untuk berhijrah ke Khilafah di wilayah Libya. Berasal dari belahan bumi manakah sebagian besar Muhajirin di sana?
Abul Mughirah: Alhamdulillah. Muhajirin datang dari semua tempat menuju Daulah Islamiyyah terutama dari Afrika, Maghrib Islam, Mesir, dan Jazirah Arab dan terkadang-kadang dari negara-negara Barat.
Dabiq: Apakah ada kesulitan dalam melakukan hijrah ke Libya?
Abul Mughirah: Tidak ada pahala tanpa ujian, terutama dalam perkara jihad dan hijrah. Tapi mudah bagi mereka siapa saja yang Allah mudahkan. Mereka yang telah memutuskan untuk berhijrah harus memurnikan niat mereka, bergantung pada Allah Azza wa Jalla, dan banyak memanjatkan do’a. Mereka harus ingat, meskipun kesulitan untuk berhijrah,“Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan RasulNya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), Maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”[QS An Nisa’ 100]
Dabiq: Apa nasehat Anda bagi Muslimin yang ingin berhijrah ke Libya?
Abul Mughirah: Kita nasehatkan untuk umat Islam pada umumnya, agar bersikap Zuhd terhadap dunia dan kesenangannya. Mereka seharusnya tidak cenderung atau mengikuti keduniaan. Mereka harus menjadi Anshorullah, berhijrah, dan menyerang musuh-musuh Allah. Para penolong Dien ini haru mengetahui,“Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang Luas dan rezki yang banyak.” [QS An Nisa’ 100] Kami menyeru mereka untuk berbaris ke depan dan mengajak mereka untuk mendukung kami.
Dabiq: Apa nasehat Anda untuk Muhajirin pada umumnya, dan Muhajirin di Libya pada khususnya?
Abul Mughirah: Nasihatku kepada Muhajirin secara keseluruhan, bahwa mereka tidak boleh berbangga-bangga dengan hijrahnya mereka, pun beranggapan telah berjihad untuk Allah. Mereka harus mengikhlaskan niat, karena ada orang-orang yang berhijrah bersama Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam demi dunia dan menikahi seorang wanita, diantaranya seperti yang dilakukan oleh “Muhajir Umm Qays.” Karenanya, kami serukan pada kalian wahai saudara-saudaraku, untuk berhijrah karena Allah dan menolong DienNya. Perjalanan kalian akan dihalangi oleh kesulitan dan hambatan yang besar. Beramallah dengan niat dan kebahagiaan tidaklah dicapai dengan kesenangan. (Azzammedia/infoduniamiliter)
Post Comment
Tidak ada komentar: