Amerika Serikat (AS) memimpin latihan perang besar-besaran yang melibatkan 18 ribu tentara dari 18 negara termasuk sekutu-sekutu NATO di Ukraina timur. Latihan perang besar-besaran ini membuat Rusia marah karena bisa jadi ancaman gencatan senjata yang sudah berjalan di Ukraina.
Latihan perang ini akan berlangsung selama dua minggu ke depan. Manuver militer 18 negara ini berlangsung di saat Rusia krisis dana militer setelah terjebak dalam krisis Ukraina selama 15 bulan, di mana Rusia jadi bulan-bulanan penjatuhan sanksi negara-negara Barat.
Rusia dimusuhi Ukraina dan negara-negara Barat setelah dituduh mendukung separatis pro-Rusia di Ukraina timur. Konflik di Ukraina hingga kini belum mereda meski korban tewas telah mencapai lebih dari 6.500 jiwa.
”Manuver bersama ini menunjukkan dukungan luas untuk Ukraina dalam perjuangannya untuk mempertahankan kebebasan dan kedaulatan,” kata komandan pasukan Ukraina, Oleksandr Syvak, menjelang latihan perang.
Selain Ukraina dan AS, pasukan dari sekutu-sekutu NATO seperti Jerman, Spanyol, Turki, Kanada, Polandia, Rumania, Bulgaria, Estonia, Latvia dan Lithuania ikut bergabung. Beberapa negara non-anggota NATO seperti Serbia, Moldova, Georgia dan Azerbaijan juga ikut-ikutan ambil bagian dalam manuver militer besar-besaran ini.
Sementara itu, Rusia yang marah dengan cepat mengutuk latihan perang besar-besaran ini. Rusia menganggap manuver militer NATO di Ukraina tersebut sebagai ancaman gencatan senjata yang sudah berjalan beberapa bulan.
"NATO harus memahami bahwa tindakan tersebut mungkin mengancam untuk mengganggu kemajuan yang terlihat dalam proses perdamaian terkait krisis internal di Ukraina," kata Kementerian Luar Negeri Rusia, seperti dilansir Russia Today, Selasa (21/7/2015).
(mas/sindo/infoduniamiliter)
Link: http://bit.ly/1COIsh8
Link: http://bit.ly/1COIsh8
Post Comment
Tidak ada komentar: