Seorang wartawan program berita 60 Minutes, Tom Steinfort, menjadi wartawan langka yang diizinkan mengunjungi Korea Utara (Korut). Dia melihat anak-anak sekolah di negara itu diajari menembak dengan senapan mesin, namun “buta” soal internet.
Kunjungan Steinfort yang secara resmi diizinkan rezim diktator Kim Jong-un itu berlangsung April 2015. Dia mengatakan kepada news.com.au menjelang siaran laporan itu pada Minggu malam, bahwa kunjungannya itu menarik sekaligus “menakutkan”.
Dia menghabiskan waktu seminggu pada bulan April dengan kru syutingnya. Selama waktu itu, dia melakukan wawancara dengan penduduk setempat tentang kehidupan di negara yang dipimpin rezim Jong-un.
Apa yang ia temukan, katanya, adalah sebuah negara yang aneh dan membingungkan. Menurutnya, negara itu mencoba untuk hadir sebagai negara adidaya yang berteknologi maju. Namun pada kenyataannya masih sangat primitif.
Steinfort hanya bisa mengakses wilayah Korut yang berbatasan dengan Korea Selatan (Korsel). ”Jika saya harus mengatakan dalam sebuah kata, saya akan mengatakan itu aneh,” kata Steinfort di kediamanya di London.
”Ini pasti menarik, dan kadang-kadang menakutkan. Misalnya ternyata, sebagai bagian dari kurikulum, setiap anak sekolah belajar bagaimana untuk mengoperasikan senapan mesin dan granat aktif. Mereka akan diberi kelas senapan mesin untuk memastikan mereka siap jika harus dipanggil untuk membela negara. Hanya hal-hal kecil seperti itu,” ujar dia, yang dilansir Senin (25/5/2015).
Meski demikian, kehidupan di Korut yang ia temui masih normal. Contoh, anak-anak pergi ke sekolah, orang dewasa bekerja dan ada yang berolahraga di malam hari.
Menurutnya, media di Korut hanya dianggap lelucon. “Halaman depan (surat kabar) benar-benar setiap harinya harus ada artikel tentang Kim Jong-un dan bagaimana jeniusnya dia. Berita di televisi juga sama persis. Tidak ada akses ke internet bagi siapa pun. Tidak ada pengetahuan tentang dunia luar,” (sindo/infoduniamiliter )
Kunjungan Steinfort yang secara resmi diizinkan rezim diktator Kim Jong-un itu berlangsung April 2015. Dia mengatakan kepada news.com.au menjelang siaran laporan itu pada Minggu malam, bahwa kunjungannya itu menarik sekaligus “menakutkan”.
Dia menghabiskan waktu seminggu pada bulan April dengan kru syutingnya. Selama waktu itu, dia melakukan wawancara dengan penduduk setempat tentang kehidupan di negara yang dipimpin rezim Jong-un.
Apa yang ia temukan, katanya, adalah sebuah negara yang aneh dan membingungkan. Menurutnya, negara itu mencoba untuk hadir sebagai negara adidaya yang berteknologi maju. Namun pada kenyataannya masih sangat primitif.
Steinfort hanya bisa mengakses wilayah Korut yang berbatasan dengan Korea Selatan (Korsel). ”Jika saya harus mengatakan dalam sebuah kata, saya akan mengatakan itu aneh,” kata Steinfort di kediamanya di London.
”Ini pasti menarik, dan kadang-kadang menakutkan. Misalnya ternyata, sebagai bagian dari kurikulum, setiap anak sekolah belajar bagaimana untuk mengoperasikan senapan mesin dan granat aktif. Mereka akan diberi kelas senapan mesin untuk memastikan mereka siap jika harus dipanggil untuk membela negara. Hanya hal-hal kecil seperti itu,” ujar dia, yang dilansir Senin (25/5/2015).
Meski demikian, kehidupan di Korut yang ia temui masih normal. Contoh, anak-anak pergi ke sekolah, orang dewasa bekerja dan ada yang berolahraga di malam hari.
Menurutnya, media di Korut hanya dianggap lelucon. “Halaman depan (surat kabar) benar-benar setiap harinya harus ada artikel tentang Kim Jong-un dan bagaimana jeniusnya dia. Berita di televisi juga sama persis. Tidak ada akses ke internet bagi siapa pun. Tidak ada pengetahuan tentang dunia luar,” (sindo/infoduniamiliter )
Post Comment
Tidak ada komentar: