Menteri Luar Negeri Prancis meminta Turki menghentikan serangannya terhadap Militan Kurdi di utara Suriah.
Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri Prancis “khawatir serangan tersebut akan situasi di Suriah” yang sudah sangat kompleks.
Pada Sabtu (13/02), Turki mulai menyerang milisi yang terkait dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dilarang di Turki. PKK kerap menebar teror di Turki karena menuntut kemerdekaan wilayah.
Turki menyebut, partai PYD, afiliasi PKK di Suriah, sebagai organisasi teroris. PYD dikhawatirkan Turki akan “menggelapkan” senjata dari Suriah ke Turki.
Namun, Washington menolak klaim Turki tersebut dan menyebut PYD efektif dalam membantu menyerang IS. Barat terpaksa memanfaatkan Teroris Kurdi yang atheis itu dalam menghadapi IS secara darat, sebab Barat sampai saat ini masih belum berani berhadapan langsung dengan IS yang terkenal ganas di medan perang.
Perdana Menteri Turki, Ahmet Davutoglu, Minggu (14/02) kemarin mengungkapkan bahwa Turki “tidak akan mengizinkan milisi Kurdi melakukan aktivitas “agresif””.
“Militer kami akan merespons setiap ‘aktivitas’ yang dilakukan milisi Kurdi,” kata Davutoglu.
‘Kutukan’ Suriah
Suriah pun mengutuk serangan Turki dan menyebutnya sebagai “pelanggaran terhadap kedaulatan” Suriah.
Negara yang tengah berkonflik ini juga telah meminta Perserikatan Bangsa-bangsa untuk mengintervensi.
Namun, pemerintah Suriah juga tidak luput dari kritik Prancis. Rezim Basar al-Assad dan koalisinya diminta untuk menghentikan pengeboman “di seluruh penjuru Suriah”.
Prancis menegaskan yang harus menjadi prioritas adalah bagaimana menerapkan kesepakatan yang telah dicapai di Munich, Minggu ini, untuk bersama menghadapi IS.
(Bbc/kabarduniamiliter)
Post Comment
Tidak ada komentar: