Presiden Somalia Hassan Sheikh Mohamud mengatakan pejuang Al-Shabaab menewaskan hampir 200 tentara dalam serangan terhadap sebuah kamp militer Kenya di Somalia bulan lalu, menurut korban tewas terbaru dari pemerintah Somalia yang akan menjadikannya sebagai serangan paling mematikan yang dilakukan oleh mujahidin dalam sejarah mereka.
Hassan Sheikh Mohamud merilis angka tersebut selama wawancara di sebuah stasiun televisi nasional.
"Ketika sekitar 180 hingga 200 tentara yang dikirim kepada kami tewas dalam satu hari, itu tidaklah mudah. Para tentara itu telah dikirim ke Somalia untuk membantu kami mendapatkan keamanan di negara kami dan keluarga mereka yakin mereka mati dalam tugas," kata Mohamud pada TV kabel Somalia, sebuah stasiun swasta. Wawancara itu diposting di YouTube pada hari Kamis (25/2/2016).
Pihak berwenang Kenya telah menolak untuk memberikan korban tewas menyusul serangan 15 Januari, yang menargetkan tentara yang bekerja di bawah Misi Uni Afrika di Somalia (AMISOM) dekat kota Somalia selatan, El Adde. Gambar-gambar koran dari peti mati yang dibungkus dengan bendera Kenya yang membawa kembali tentara yang tewas setelah serangan meningkatkan keresahan dari warga Kenya biasa dan penentangan yang serupa atas kehadiran lanjutan Kenya di Somalia.
"Kami telah menang selama bertahun-tahun dan berbulan-bulan tapi pertempuran El-Adde itu, kami dikalahkan. Ya, dalam perang, kadang-kadang sesuatu yang Anda tidak suka terjadi pada Anda," kata Mohamud selama wawancara.
Kenya mengirim tentara ke Somalia pada 2011 setelah serangan di wilayah perbatasan dan penculikan yang mengancam industri pariwisata dalam perekonomian terbesar di kawasan itu dan destabilisasi regional yang lebih luas. Negara ini kemudian bergabung dengan operasi AMISOM.
Para pejuang Islam telah melancarkan perjuangan bersenjata di Somalia sejak tahun 2006, memperluas operasi mereka di seberang perbatasan setelah misi 2011 Kenya dimulai. Serangan Al-Shabaab di Kenya telah termasuk serangan oleh kelompok bersenjata di pusat perbelanjaan kelas atas Westgate pada tahun 2013 dan sebuah universitas di Garissa pada 2015. Ratusan orang telah tewas dalam serangan Al-Shabaab dalam dua tahun terakhir.
Pemerintah Kenya sendiri menolak angka yang diberikan oleh Hassan Sheikh Mohamud. Juru bicara Angkatan Pertahanan Kenya (KDF), Kolonel David Obonyo, membantah jumlah yang diberikan oleh presiden Somalia dan mempertanyakan sumber informasi tersebut.
"Tidak benar. Informasi ini tidak pernah datang dari kami atau siapa pun dalam pemerintahan Kenya," katanya kepada Reuters.
Al Shabaab, yang memiliki hubungan dengan Al-Qaidah dan berusaha untuk menggulingkan pemerintah yang didukung Barat di Somalia, awalnya mengatakan telah menewaskan lebih dari 100 tentara dalam serangan itu.
Mereka kemudian mendistribusikan Foto yang dimaksudkan untuk menunjukkan ratusan tentara Kenya yang tewas, banyak tampaknya ditembak di kepala.
Kelompok itu, yang juga berusaha untuk mengusir pasukan AU dari Somalia, mengatakan serangan mereka terhadap sasaran-sasaran Kenya adalah pembalasan atas partisipasi negara itu di AMISOM, yang juga termasuk tentara dari Uganda dan Burundi. Meski telah diusir dari benteng utama mereka di Somalia oleh serangan AMISOM dan tentara Somalia, namun kelompok ini masih menguasai daerah pedesaan luas di luar ibukota dan sering meluncurkan serangan bergaya gerilya dan serangan bom di Mogadishu sesuka hati tanpa mampu dicegah oleh pasukan keamanan pemerintah dan Uni Afrika. (st/nv/vi/kabarduniamiliter)
Post Comment
Tidak ada komentar: