DAMASKUS - Kelompok oposisi moderat Suriah memperingatkan serangan yang dilakukan tentara rezim Syi’ah Suriah dan didukung oleh pesawat-pesawat tempur Rusia mengancam kesepakatan Amerika Serikat (AS) dan Rusia untuk penghentian permusuhan dan perundingan damai terancam punah di masa depan.
Pemberontak moderat Suriah mengatakan, serangan di Suriah pada hari Sabtu (27/2/2016) lalu terjadi lebih intens, meski tidak seburuk sebelum penghentian permusuhan mulai berlaku.
“Kami sedang menunggu respon dari negara untuk pelanggaran ini, situasi di keseimbangan sekarang dan menahan diri tidak akan bertahan lama,” kata Kolonel Fares al-Bayoush seperti dilansir Reuters, pada Senin (29/2/2016).
Terkait hal ini, kelompok oposisi yang didukung oleh rezim Arab Saudi pun telah mengirimkan surat kepada Sekjen PBB, Ban Ki-moon.
Meski tetap mendukung pelaksanaan gencatan senjata, mereka menilai tindakan rezim Syi’ah Suriah dan Rusia bisa melemahkan upaya internasional untuk menjamin kelanjutan gencatan senjata dan menyebabkan runtuhnya proses politik yang diadopsi PBB.
“Keputusan untuk tetap tenang, tidak melakukan apa-apa, dan saya percaya mereka akan tetap melaksanakan gencatan senjata. Kemarin adalah hari pertama orang-orang bisa benar-benar pergi keluar dan berjalan di jalan-jalan,” kata juru bicara oposisi Suriah, Salim al-Muslat.
Namun, sebuah sumber militer rezim Syi’ah Suriah membantah tentaranya telah melanggar perjanjian gencatan senjata. Sedangkan Kementerian Pertahanan Rusia menolak berkomentar terkait tudingan itu. [SS/mj/kabarduniamiliter]
Pemberontak moderat Suriah mengatakan, serangan di Suriah pada hari Sabtu (27/2/2016) lalu terjadi lebih intens, meski tidak seburuk sebelum penghentian permusuhan mulai berlaku.
“Kami sedang menunggu respon dari negara untuk pelanggaran ini, situasi di keseimbangan sekarang dan menahan diri tidak akan bertahan lama,” kata Kolonel Fares al-Bayoush seperti dilansir Reuters, pada Senin (29/2/2016).
Terkait hal ini, kelompok oposisi yang didukung oleh rezim Arab Saudi pun telah mengirimkan surat kepada Sekjen PBB, Ban Ki-moon.
Meski tetap mendukung pelaksanaan gencatan senjata, mereka menilai tindakan rezim Syi’ah Suriah dan Rusia bisa melemahkan upaya internasional untuk menjamin kelanjutan gencatan senjata dan menyebabkan runtuhnya proses politik yang diadopsi PBB.
“Keputusan untuk tetap tenang, tidak melakukan apa-apa, dan saya percaya mereka akan tetap melaksanakan gencatan senjata. Kemarin adalah hari pertama orang-orang bisa benar-benar pergi keluar dan berjalan di jalan-jalan,” kata juru bicara oposisi Suriah, Salim al-Muslat.
Namun, sebuah sumber militer rezim Syi’ah Suriah membantah tentaranya telah melanggar perjanjian gencatan senjata. Sedangkan Kementerian Pertahanan Rusia menolak berkomentar terkait tudingan itu. [SS/mj/kabarduniamiliter]
Post Comment
Tidak ada komentar: