MELIHAT rangkaian penaklukan yang dilakukan Islamic State (IS) – yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS – di Irak dan Suriah, banyak orang berpikir bagaimana mungkin dengan jumlah tentara dan persenjataan yang terbatas, bisa mengalahkan lawan-lawannya.
Setelah mengalahkan pasukan rezim Syiah Bashar Assad dalam serangan yang diluncurkan 9 Juni, Islamic State (IS) membuat kejutan dengan merebut kota terbesar kedua Irak yakni Mosul dan melanjutkan serangan kembali pada pekan lalu, dan berulangkali sukses
Memperoleh Senjata Baru
Islamic State menggunakan peralatan militer yang mereka rebut dari para musuh yang mereka taklukkan, termasuk tank-tank. Humvees, rudal dan berbagai senjata berat lainnya.
Jumlah senjata-senjata canggih, yang diberikan Amerika terhadap rezim Syiah Irak sangat banyak jumlahnya. Sayangnya karena pengecutnya tentara Irak, senjata-senjata canggih pemberian AS itu malah ditinggal kabur ketika IS meluncurkan serangan saat menaklukkan Mosul, banyaknya senjata dan uang dalam hasil penaklukan Mosul telah mengubah kemampuan IS.
“Dan mereka terus mengambilalihnya, mereka meraih hasil penting, dari berbagai jenis peralatan (tempur) yang paling mereka butuhkan,” kata Anthony Cordesman, dari Center for Strategic and International Studies yang berbasis di Washington.
Pengalaman Suriah
IS telah lama memiliki pijakan di Irak dan sukses membuat ratusan ribu tentara AS tewas – sejak 2004 – namun apa yang membuat mereka kuat seperti hari ini adalah berkat pertempuran di negara Suriah.
“Tiga tahun berperang di Suriah telah memberikan pelatihan yang tidak tertandingi dan menyediakan kesempatan belajar bagi IS,“ kata lembaga konsultasi intelijen Soufan Group yang berbasis di AS dalam laporan singkat mereka baru-baru ini.
Mereka telah memerangi rezim Syiah Suriah dan kelompok pemberontak sekuler sejak 2011, kelihatan tidak takut mati dan mengadopsi taktik yang sangat agresif. “Itu jenis pernah yang dipakai untuk memerangi rezim boneka Irak,“ kata Cordesman.
Memilih Perang dengan Baik
IS telah memilih perang dengan kecerdasan yang tajam, mefokuskan diri pada wilayah-wilayah Ahlussunnah di mana sebelmunya tertindas dibawah rezim syiah, sehingga disana IS mendapatkan dukungan, infrastruktur-infrastruktur kunci atau tempat-tempat yang tidak dijaga dengan baik serta pada saat bersamaan menghindari kekalahan yang tidak perlu untuk tetap memelihara momentum dan kesatuan di dalam organisasi.
“Mereka bergerak dalam jarak yang cukup jauh selama beberapa hari terakhir namun daerah-daerah ini sangat jarang penduduknya dan mereka di sana hanya ada sangat sedikit pasukan keamanan,“ kata John Drake, sebuah perusahaan keamanan AKE Group.
“Ketika lawan sudah berkurang, IS sangat baik membiarkan orang-orang melarikan diri, dan menghancurkan orang-orang yang melawan mereka sungguh-sungguh, mereka tidak pernah terlalu banyak menghancurkan yang kacangan,“ kata Michael Knights dari Washington Institute for Near East Policy.
Propaganda Efektif
IS menggunakan faktor ketakutan untuk menaklukkan seluruh kota tanpa perlawanan. Mereka menggunggah berbagai foto mengerikan orang-orang yang dipenggal, untuk merekrut anak muda muslim dari seluruh dunia dan pada saat bersamaan membuat musuh ketakutan.
“Promosi dan intimidasi adalah sebuah taktik penting bagi IS,” kata Drake. ”Apakah mereka bisa atau tidak menggunakan semua senjata yang mereka rebut, mereka mengambil gambarnya dan menggunakan itu sebagai alat propaganda.”
Musuh yang Lemah
Satu-satunya faktor tunggal terbesar yang membuat para jihadis itu kelihatan kuat adalah lemahnya para lawan mereka.
“Angkatan bersenjata Kurdi relatif baik menurut standar Irak, tapi mereka betul-betul prajurit infantri yang “ringan”. Mereka yang berpengalaman memerangi Saddam Hussein telah pergi dan digantikan oleh orang-orang yang lebih muda,” kata Cordesman, yang pernah menjadi pejabat pertahanan AS.
”IS telah mengungkapkan kekurangan yang menyedihkan dari para lawan-lawan mereka, yang dimulai dengan kinerja yang benar-benar mengerikan dari angkatan bersenjata Irak yang mempunyai perlengkapan baik,” demikian tulis laporan Soufan Group
Tidak Takut Mati
IS yang memang bukan berjuang demi uang, tapi demi membebaskan Ahlusunnah dari penindasan rezim syiah dan membuat kekuasaan khas Ahlusunnah, yaitu "Khilafah". IS menganggap perjuangan mereka adalah murni sebagai ibadah kepada Allah SWT yang menjanjikan surga, baik bagi yang memperoleh kemenangan dalam pertempuran ataupun mati syahid. Kekuatan inilah yang tidak ada pada musuh-musuhnya, dimana musuh-musuhnya berperang demi mendapatkan bayaran, sementara IS justru senang jika harus mati di dalam pertempuran.
Kekuatan ini juga yang membuat pasukan Irak kabur saat penaklukan Mosul, dimana pasukan IS (saat itu masih bernama ISIS) yang hanya dengan jumlah 400-an bisa mengalahkan pasukan Irak yang jumlahnya lebih dari 25.000. Kekuatan ini pula yang membuat AS trauma menerjunkan pasukan daratnya untuk melawan IS, dimana pada invasi Irak lalu AS telah menelan pil pahit dari hasil bertempur dengan jihadis ini.
Kemurnian Ideologi
Kekuatan yang paling menjadi daya tarik IS adalah kemurnian ideologinya, dimana IS terkenal dengan paham sunni salafi yang tidak mengenal kompromi terhadap penyimpangan. Hal itu bukan berarti IS tidak membiarkan agama lain hidup dalam negaranya, bagi IS tidak masalah kristen hidup dalam negaranya selama loyal terhadap IS. IS justru menyerang oran-orang yang mengaku islam namun melakukan hal yang bertentangan dengan islam, seperti menyembah kuburan, mencela sahabat nabi, dll sebagaimana yang dilakukan oleh aliran syiah. Sementara terhadap sesama sunni, IS sangat bertoleransi, dan menganggap mereka saudara meski mereka orang-orang awam. Hal itu wajar sebab puluhan tahun warga sunni di Irak dan Suriah hidup dibawah rezim diktator yang membuat mereka minim pengetahuan agamanya.
Kemurnian ini menjadi pembeda dengan HAMAS palestina, dimana HAMAS masih bercengkrama dengan rezim-rezim syiah demi mendapatkan dukungan. IS menolak segala paham diluar islam termasuk nasionalisme, demokrasi, HAM, dll dan membangun negara hanya berlandaskan syariah. Daya tarik inilah yang membuat saat ini ratusan pemuda setiap harinya mengantri untuk menjadi warga negara IS dan siap bertempur bersamanya. AS sendiri mengungkapkan bahwa perang terhadap IS, membutuhkan waktu yang amat panjang.
Post Comment
Tidak ada komentar: