Jepang berencana untuk mendirikan badan intelijen luar negeri yang serupa dengan badan intel Inggris, MI6. Pasalnya, selama 70 tahun terakhir, Jepang tidak mempunyai agen intelijen untuk urusan luar negeri, karena dibubarkan oleh negara Sekutu setelah Perang Dunia II.
Jepang berencana membangun agen intelijen luar negeri yang baru dan menjadi bagian dari kerangka keamanan yang diusung Perdana Menteri Shinzo Abe, yang tengah berupaya melonggarkan perjanjian pasca perang agar militer Jepang dapat beroperasi di luar negeri.
Gagasan bahwa komunitas intelijen Jepang membutuhkan perubahan juga dirasa pas, menyusul eksekusi pemenggalan kepala dua warganya, Haruna Yukawa dan Kenji Goto di tangan IS awal tahun ini.
Ketika Yukawa dan Goto disandera IS, Jepang menghimpun informasi intelijen dengan mengandalkan bantuan negara-negara sahabat.
"Adalah fakta bahwa kita tidak memiliki cukup informasi di Timur Tengah dan harus bergantung pada negara-negara asing, seperti dimulai dengan Yordania dan Turki ," kata anggota parlemen dari Partai LDP, Takeshi Iwaya, dikutip dari Reuters, Jumat (6/3).
Saat ini, Abe telah mendirikan Dewan Keamanan Nasional ala Amerika Serikat dan memberlakukan undang-undang rahasia negara yang ketat.
Jepang tengah berupaya mengangkat larangan hak membela diri secara kolektif dan meluncurkan operasi militer untuk membantu negara sekutu.
"Untuk menjadi 'negara normal', sebuah badan intelijen sangatlah penting," kata profesor Universitas Takushoku Takashi Kawakami, mengacu kepada kendala konstitusional yang dialami Jepang untuk mempertahankan diri.
Anggota parlemen di Partai Demokrat Liberal (LDP) pimpinan Abe berharap dapat segera menyusun proposal pada musim gugur mendatang setelah para pejabat Jepang mengunjungi sejumlah negara termasuk Inggris.
Iwaya menyatakan bahwa jika Partai LDP dan pemerintah menyimpulkan lembaga baru diperlukan, undang-undang tentang agen intelijen ini dapat diberlakukan tahun depan.
"Di zaman ketika kita tidak tahu kapan kehidupan warga Jepang akan beresiko, kita perlu mengumpulkan informasi lebih di luar negeri," kata Iwaya, yang memimpin tim untuk mempelajari masalah ini.
"Jika pemerintah memutuskan untuk membuat sebuah badan intelijen baru, diperlukan waktu puluhan tahun untuk dapat berfungsi. Setelah menyatukan pengawasan berbagai bentuk pengumpulan intelijen, Jepang harus meningkatkan jumlah agen, mengirim mereka ke luar negeri dan mengembangkan kontak di lapangan, kata Kawakami.
Kawakami memprediksi, Jepang membutuhkan waktu 30 tahun untuk membangun badan intel tersebut.
Saat ini, komunitas intelijen Jepang terbagi dalam Badan Kepolisian Nasional (NPA) , Badan Kementerian Kehakiman dan Intelijen Keamanan Publik (PSIA), Intelijen Pertahanan, Kementerian Luar Negeri, dan Intelijen Penelitian Kabinet, yang sebagian besar stafnya berasal dari kementerian lainnya.
Komunitas intelijen Jepang memiliki sekitar 4.400 personel di bawah kementerian yang berbeda. Meskipun demikian, para pakar menilai terdapat keengganan untuk berbagi rahasia lintas birokrasi. (Cnn/infoduniamiliter.com)
Post Comment
Tidak ada komentar: