Tajuk

Lokal

Islam

Barat

Timur

Like Us

Sejarah

Pangeran Kerajaan Arab Saudi yang juga merupakan mantan menteri luar negeri, Saud al-Faisal, meninggal dunia di Riyadh, Kamis (9/7/2015). Beliau tercatat sebagai menteri luar negeri yang paling lama menjabat di dunia. Selama empat dekade, Pangeran Saud mengalami berbagai turbulensi diplomatik yang melibatkan Negeri Petrodollar itu.

Dilansir dari AFP, Jumat (10/7/2015), kabar mengenai meninggalnya Saud diungkap oleh kerabat kerajaan, Nawaf al-Faisal di akun Facebook miliknya. Kabar ini kemudian dikonfirmasi oleh juru bicara kerajaan, Osama Nugali via Twitter.

"Saya berharap bisa membantah rumor mengenai berita kematian Anda," tulis Nugali.

Keponakan Pangeran Saud, Saud Mohammed al-Abdullah al-Faisal juga membenarkan kabar mengenai meninggalnya pamannya. "Semoga Tuhan menempatkannya di surga," tulisnya di akun Twitter.

Pemimpin Liga Arab Nabil al-Arabi kemudian mengungkap duka citanya dalam sebuah pernyataan. Kedutaan Besar Jerman di Riyadh juga mengaku ikut berduka cita dan menyebut Saud sebagai "negarawan yang dihormati".

Empat dekade pengabdian pada Barat

Pangeran Saud yang lahir pada 1940 merupakan salah satu anggota kerajaan yang dianggap penting di Arab Saudi. Jabatan menteri luar negeri dijabatnya sejak Oktober 1975, tujuh bulan setelah ayahnya, Raja Faisal, dibunuh oleh salah seorang keponakan. Saud kemudian meletakkan jabatannya sebagai menlu pada April 2015 dengan alasan kesehatan yang semakin menurun.

Saud meski mengaku beraliran Sunni, namun dekat dengan syiah dengan menjaga hubungan baik dengan Iran yang beraliran Syiah. Dalam pernyataan publik terakhirnya, Saud mengatakan bahwa Saudi "tidak berperang dengan Iran". Meski begitu, dia meminta Iran untuk menghentikan mempersenjatai kelompok pemberontak di Yaman.

Selama menjabat, Saud juga disebut sebagai sosok sentral yang mengakhiri perang saudara di Lebanon yang terjadi pada 1975 hingga 1990. Tidak hanya itu, Saud juga berperan dalam menentukan arah diplomasi Arab Saudi yang moderat saat terjadi perang antara Iran-Irak 1980-1988, serta ketika Irak menginvasi Kuwait pada 1990, yang berujung pada Perang Teluk 1991. 

Meski begitu, Saud juga dianggap sebagai sosok penting dalam menjaga hubungan diplomasi Saudi dengan Amerika Serikat yang naik-turun. Hubungan kedua negara sempat memanas, terutama ketika kelompok Al Qaeda melakukan serangan ke Amerika Serikat pada 11 September 2001. Tapi hubungan kembali membaik setelah Saudi juga berusaha memberangus jaringan Al Qaeda saat terjadi teror di dalam wilayah kerajaan.
Meski Saud beberapa kali mengunjungi Washington, tapi hubungan diplomasinya dianggap lebih dekat ke negara Eropa. 

Hubungan dengan AS dan Negara-negara penjajah lain sering mendapatkan kritik dari berbagai pejuang jihad, begitu juga dengan pembukaan markas militer AS di Saudi yang menjadi transit AS dalam membantai 1 juta muslim di Irak. Sampai saat ini pun, Saudi masih di ketiak AS dengan ikut-ikutan AS dalam membantai muslim di wilayah Islamic State. IS sendiri telah memiliki rencana untuk meruntuhkam rezim Saud yang 'menyimpang' dari pendirinya dahulu.

Kelihaiannya dalam berhubungan dengan negara Barat disebut muncul setelah Saud lulus dan menjadi sarjana ekonomi dari Universitas Princeton yang merupakan salah satu kampus top di AS, pada 1964. Sebelum berperan sebagai diplomat, ayah yang memiliki tiga anak laki-laki dan tiga anak perempuan ini bekerja di perusahaan minyak Petromin dan Kementerian Minyak dan Sumber Daya Mineral Arab Saudi. (Kompas/infoduniamiliter)

Link: http://bit.ly/1CsRNet

Sebarkan Bung!

«
Next
Posting Lebih Baru
»
Previous
Posting Lama

Post Comment

Tidak ada komentar:

Post a Comment


Top