Amerika Serikat (AS) menyatakan, pihaknya telah memberikan pelatihan kepada 60 orang anggota pemberontak Suriah. Pelatihan yang dimaksukan untuk membantu AS melawan IS di Suriah itu sudah dilakukan sejak pekan lalu.
Namun, menurut Menteri Pertahanan AS, Ashton Carter, jumlah tersebut jauh lebih kecil dari apa yang diharapakan oleh AS. Menurutnya, kesulitan terbesar adalah menyeleksi anggota pemberontak Suriah yang memiliki kemampuan dan mau dikendalikan sesuai standar Barat.
"Jumlah ini jauh lebih kecil dari yang kita harapkan pada saat ini. Kami kesulitan untuk menemukan calon yang cocok untuk kami latih," kata Carter dalam sebuah pernyatan, sepeti dilansir Middle Easr Online pada Rabu (8/7/2015).
Carter menuturkan, keberadaan pasukan pemeberontak Suriah sangat penting bagi operasi koalisi internasional pimpinan AS untuk mengalahkan IS. Sebab, dengan adanya pasukan pemberontak yang terlatih, maka koalisi memiliki pasukan di darat, yang mampu mendukung serangan udara.
"Kami tahu program ini sangat penting. Kami membutuhkan rekan di darat, untuk dapat memastikan bahwa kami bisa mengalahkan dan memusnahkan IS untuk selama-lamanya," Carter menambahkan.
Program pelatihan pemberontak Suriah sendiri mendapat penolakan keras dari pemerintah di Damaskus. Menurut mereka, setelah berhasil mengalahkan IS, para pemberontak yang sudah terlatih tersebut akan kembali melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan, yang berujung dengan runtuhnya pemerintaha Suriah dibawah pimpinan Bashar al-Assad.
Sebuah hal yang memang sejatinya diharapkan terjadi di Suriah oleh AS, dan beberapa sekutu mereka, bukan hanya di Barat dan Eropa, tetapi juga di kawasan Timur Tengah. (Sindo/infoduniamiliter )
Link: http://bit.ly/1NPjIWd
Post Comment
Tidak ada komentar: