Rusia mengajak Amerika Serikat (AS) untuk duduk satu meja membicarakan masalah Suriah untuk mencegah insiden yang tidak diinginkan. Hal ini diajukan setelah Angkatan Laut Rusia menggelar latihan di lepas pantai Suriah. Latihan ini dipercaya oleh AS sebagai langkah Moskow dalam membangun kekuatan untuk melindungi Presiden Bashar al-Assad.
Saat menggelar konferensi pers di Moskow, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan, pihaknya mengirimkan peralatan militer untuk membantu Assad melawan Islamic State. Prajurit Rusia berada di Suriah untuk membantu mengajarkan menggunakan tentara Suriah persenjataan militer.
"Latihan Angkatan Laut Rusia di Mediterania Timur sudah lama direncanakan dan sesuai dengan hukum internasional," kata Lavrov seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (12/9/2015).
Lavron pun lantas menyalahkan Washington yang dinilainya telah memutuskan jalur komunikasi antara militer dengan militer yaitu antara Rusia dan NATO setelah terjadinya krisis di Ukraina pada tahun lalu.
"Kontak seperti itu sangat perlu untuk menghindari insiden yang tidak diinginkan. Kami selalu mendukung pembicaraan antar militer secara profesional. Mereka telah memahami satu sama lain," ujarnya.
"Tapi seperti yang Menteri Luar Negeri AS John Kerry katakan berulang kali, AS ingin saluran komunikasi itu dibekukan. Jadi, jangan salahkan kami," cetusnya.
Rusia yang mendukung rezim Assad tidak ingin Bashar Assad runtuh meski saat oni hanya mengintrol 18% wilayah Suriah. Sementara AS dengan anteknya FSA, komunis kurdi dan faksi-faksi yang disponsori Negara-negara timur tengah sekutu AS menginginkan Bashar Assad turun dan digantikan oleh pemimpin yang dipilih rakyat secara demokratis. Sementara mereka sibuk berdebat, Islamic State semakin mendekati Damaskus dan siap mengganyang Rezim Assad hingga habis tak tersisa.
(esn/sindo/infoduniamiliter)
Link: http://bit.ly/1MiD9tL
Post Comment
Tidak ada komentar: