Separatis Pro-Rusia berjanji untuk memobilisasi 100.000 pejuangnya dari timur Ukraina, Senin (2/2), menyusul Amerika Serikat yang mempertimbangkan untuk mengirim senjata kepada pasukan Kiev yang kalah senjata setelah tawaran gencatan senjata terbaru gagal.
Janji untuk meningkatkan konflik sembilan bulan yang telah menewaskan sedikitnya 5.100 orang pecah saat pemberontak berjuang untuk mengepung pusat transportasi kota Debaltseve.
"Akan ada mobilisasi (separatis) di Republik Rakyat Donetsk dalam waktu 10 hari, kami berencana untuk memobilisasi sampai 100.000 orang," kata pemimpin pemberontak Alexander Zakharchenko kepada kantor berita separatis DAN.
Presiden Rusia Vladimir Putin seperti dikutip oleh kantor berita TASS menyatakan dirinya "sangat prihatin" oleh situasi tersebut.
Juru bicara militer Ukraina Andriy Lysenko mengatakan pengerahan pemberontak tersebut mengindikasikan bahwa mereka "tidak memiliki sumber daya manusia dan belum mencapai tujuan mereka, untuk menguasai kota strategis Debaltseve.
Pihak berwenang Kiev mengumumkan pada akhir Januari bahwa mereka juga memanggil 50.000 tentara guna menghadapi serangan pemberontak terbaru.
Pertempuran di jantung industri Ukraina timur telah meningkat dalam beberapa hari terakhir, dengan lima tentara Ukraina dan tujuh warga sipil tewas dalam 24 jam terakhir.
Pemimpin pemberontak, Senin, mengatakan bahwa 92 pejuang mereka tewas dan 411 luka-luka di bulan Januari, sementara 242 warga sipil tewas.
Konflik meningkat setelah upaya terbaru pada pembicaraan gencatan senjata mengalami kegagalan di ibukota Belarus, Minsk, Sabtu (31/1).
Pemimpin Pemberontak Ukraina Alexander Zakharchenkomengatakan mereka ingin membuat ulang garis demarkasi yang telah disepakati dalam kesepakatan gencatan senjata September untuk memasukan pencapaian yang mereka dapat setelah merusak gencatan senjata yang rapuh dan mendorong lebih jauh ke wilayah Ukraina.
"Kami siap untuk berhenti, tetapi hanya jika kami dapat tetap berada di mana kami saat ini," kata Zakharchenko konferensi pers di Donetsk.
Skeptisisme pengerahan
Juru bicara militer Kiev Lysenko mengatakan telah terjadi aksi baku tembak di pusat kota Debaltseve, yang terletak sekitar 70 kilometer timur laut dari Donetsk, dan bala bantuan pemerintah telah meluncurkan serangan balik untuk menghentikan pemberontak mengepung kota.
Selama tiga hari terakhir pasukan Ukraina telah mengevakuasi 1.872 orang dari tiga kota yang terkena dampak terburuk pertempuran, termasuk Debaltseve.
Di ibukota yang diproklamirkan oleh pemberontak, Donestk, para pria yang cukup usia untuk menjadi anggota militer menanggapi pengumuman pengerahan dari pemimpin separatis dengan skeptis.
"Saya tidak akan terlalu mempercayainya" kata Alexander (28), seorang manajer transportasi, yang mendukung pemberontak tetapi merasa bahwa Zakharchenko telah kehilangan dukungan dari orang-orang yang mendukung dia.
Perancang web desainer Vitaly, 24, mengatakan bahwa pengerahan itu tidak akan menghasilkan apa-apa.
"Setiap hari, saya semakin merasa menjadi seperti sandera dari pemerintah separatis," kata Vitaly.
Lonjakan pertempuran terjadi saat Washington dan komandan militer NATO bergerak memasok senjata ke pasukan Ukraina, seperti yang dilaporkan The New York Times Minggu (31/1).
Pemerintah Presiden Barack Obama sedang mempertimbangkan apakah akan memberikan "bantuan mematikan", di samping bantuan non-mematikan seperti pelindung tubuh dan peralatan medis yang sudah dipasok ke Kiev.
"Diperlukan pendekatan komprehensif dan kami setuju bahwa peralatan pertahanan dan senjata harus menjadi bagian dari diskusi itu," kata seorang pejabat Pentagon kepada New York Times.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry dijadwalkan untuk terbang ke Kiev pada hari Kamis (5/2) untuk memberikan dukungan Washington dalam pembicaraan dengan Presiden Ukraina Petro Poroshenko dan Perdana Menteri Arseniy Yatsenyuk.
Pemerintah Barat dan Ukraina telah menuduh Rusia mengirimkan pasukan dan senjata untuk memperkuat pemberontak dan menjadi ujung tombak aksi serangan terbaru, namun Moskow telah berulang kali membantah.
Namun para pemberontak dilengkapi dengan persenjataan berat, perangkat keras yang mereka klaim didapatkan dari pasukan Ukraina yang melarikan diri.
Upaya terbaru pada negosiasi gencatan senjata gagal pada Sabtu (30/1), dengan Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama di Eropa (OSCE) yang terlibat dalam pembicaraan bersama Rusia, mengatakan pemberontak "tidak siap untuk membahas pelaksanaan gencatan senjata dan penarikan senjata berat".
Uni Eropa pekan lalu memperpanjang target gelombang pertama sanksi hingga September yang ditargetkan untuk menampar Moskow dan pemimpin Krimea setelah aksi perebutan semenanjung Laut Hitam Rusia dari Ukraina.
Tapi perpecahan yang mendalam di tubuh Uni Eropa membuat tidak ada kesepakatan untuk memperluas sanksi yang menargetkan perekonomian Rusia, demikian AFP melaporkan. (Antara/IDM)
Post Comment
Tidak ada komentar: