MOSKOW - Angkatan Udara Rusia mengerahkan pesawat jet bombersupersonik dalam jumlah yang tak ditentukan ke Crimea. Pesawat-pesawat jet pembom supersonik itu dikerahkan untuk terlibat dalam latihan perang besar-besaran.
Pesawat jet bomber yang dikerahkan Rusia ke Crimea itu adalah pesawat tempur tipe Tu-22M3. ”Dalam perjalanan sekejap untuk bersiap latihan perang, pesawat angkatan bersenjata Tu-22M3 akan dikerahkan ke Crimea,” tulis kantor berita Itar-Tass, semalam (17/3/2015) mengutip sumber di Kementerian Pertahanan Rusia.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, sebelumnya juga menyatakan siap mengerahkan kekuatan nuklir di Crimea. Wilayah Crimea, semula adalah wilayah Ukraina. Namun, setelah referendum, rakyat Crimea memilih pisah dari Ukraina dan bergabung dengan Rusia.
Sejatinya, satu skuadron pesawat jet pembom supersonik Tu-22M3 pernah dioperasikan dari Veseloe Airfield di Semenanjung Crimea sejak tahun 1985. Namun, setelah Uni Soviet runtuh, operasi pesawat jet pembom canggih itu telah ditinggalkan.
Selain pesawat-pesawat jet tempur pembom supersonik, latihan perang Rusia di Crimea juga akan diramaikan dengan pengerahan rudal balistik Iskander-M. ”Gugus tugas di wilayah Baltik akan diperkuat dengan rudal balistik Iskander-M. Pengiriman akan dilakukan oleh kapal-kapal besar di Armada Baltik,” ujar sumber di kementerian itu.
Rudal Iskander-M oleh NATO dinamakan sebagai rudal SS-26 Stone. Untuk mengoperasikan rudal ini butuh kesiapan yang luar biasa. Rudal ini mampu menghantam target yang berjarak 400 Km dengan ketepatan sekitar 30 Cm.
Senin lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan ribuan tentara Rusia untuk siaga guna menjalani latihan perang besar-besaran di Arktik. Latihan perang ini akan berlangsung sampai 21 Maret 2015.
Kremlin mengkonfirmasi, bahwa latihan perang ini melibatkan hingga 38 ribu tentara, 3.360 unit senjata dan kendaraan, 110 pesawat dan 55 kapal perang. ”Tantangan militer baru dan ancaman yang ada menuntut dorongan lebih lanjut dari kemampuan militer dari angkatan bersenjata,” kata Menteri Pertahanan Rusia, Sergey Shoigu.
Post Comment
Tidak ada komentar: