Presiden Suriah, Bashar al-Assad, meyakini jika Rusia dan Iran akan terus mendukung dirinya. Menurutnya, kedua negara itu tidak akan meninggalkannya, meski dorongan agar dirinya lengser sebagai penyelesaian konflik Suriah begitu kuat.
"Rusia dan Iran tidak akan meninggalkan teman-teman mereka," ujar Assad saat berbicara dengan stasiun TV Al-Manar seperti dilansir oleh BBC, Rabu (26/8/2015). Stasiun TV Al-Manar merupakan milik Milisi Syiah Hizbullat yang sejatinya adalah pendukung Assad.
Assad menyatakan, sejumlah usaha diplomatik untuk menghentikan konflik di Suriah menggeliat sejalan dengan ditandatanganinya perjanjian nuklir internasional antara Iran dengan enam negara kekuatan dunia. Namun, semua itu tidak memberikan terobosan yang berarti.
Sebelumnya, Presiden Prancis Francois Hollande mengatakan bahwa "netralisasi" dari pemimpin Suriah itu sangat penting untuk mengakhiri krisis di negara itu. "Kita harus mengurangi pengaruh jihadis tanpa harus mempertahankan Assad. Kedua terikat satu sama lainnya," ujar Hollande.
Konflik di Suriah bermula dari munculnya demonstrasi anti pemerintah pada 2011. Namun, Bashar Assad yang sama kejamnya dengan bapaknya dulu menanggapinya dengan membantai para demonstran. Namun bashar assad semakin terpojok ketika Negara Islam Irak yang dipimpin Abu Bakar Albaghdadi mengambil kesempatan untuk melebarkan wilayah negaranya ke Suriah dengan alasan lain menolong warga Suriah yang tertindas (Sindo/infoduniamiliter)
Link: http://bit.ly/1NVqE4q
Post Comment
Tidak ada komentar: