Harga minyak mentah melonjak enam persen pada Kamis (26/3) setelah Arab Saudi dan sembilan negara Timur Tengah membombardir pemberontak Houthi di Yaman. Kekhawatiran terancamnya pasokan minyak mentah menyelimuti negara-negara importir.
Diberitakan Reuters, harga minyak melonjak seiring spekulasi dari pedagang dan importir yang khawatir serangan Saudi ke Yaman akan menjadi perang yang meluas dan tidak bisa dikendalikan.
Harga minyak Brent untuk kontrak berjangka mencapai harga US$59.71 per barrel, naik 6 persen dari harga sebelumnya.
Perdagangan minyak pada pukul 07.48 GMT berada di kisaran US$59.30, masih lebih tinggi US$2.80 dari harga sebelumnya. Sementara harga minyak mentah AS naik sebesar US$2.70 menjadi US$51.99 per barrel.
Importir khawatir perang akan meluas karena Houthi didukung Iran, rival Saudi di kawasan. Iran dan Saudi sama-sama anggota OPEC, organisasi yang memproduksi 40 persen minyak dunia.
Ekspor minyak dari Timur Tengah ke Eropa melalui selat Laut Merah antara pelabuhan Aden dan Djibouti.
Kebutuhan minyak saat ini sedikit tertolong oleh pasokan berlimpah dari Amerika dan Rusia, yang diharapkan menjadi alternatif jika krisis minyak benar-benar terjadi di Timur Tengah.
Selain minyak, Timur Tengah juga merupakan eksportir terbesar gas alam cair, LNG, dari Qatar dan juga Yaman. Namun untuk LNG para importir mengaku tidak terlalu khawatir.
"Pasokan gas dari Yaman tidak mengalami masalah sejauh ini. Kami tidak khawatir karena ada surplus pasokan dan permintaan yang melemah," kata Lee Sang-wook dari Korea Gas Corp. (CNN/infoduniamiliter.com)
Post Comment
Tidak ada komentar: