Ribuan tentara Amerika Serikat (AS) dan Filipina pada Senin (20/4/2015) akan memulai latihan perang. Latihan itu digelar di saat Filipina terlibat ketegangan dengan China terkait sengketa Laut China Selatan.
Latihan perang tahunan ini akan digelar 10 hari latihan di Filipina. Namun yang berbeda adalah, kali ini Filipina dan AS melipatgandakan jumlah tentara yang terlibat dalam latihan perang.
Filipina sedang mencari dukungan militer dan diplomatik pada AS untuk menangkis ancaman China yang telah menegaskan kedaulatannya atas kawasan Laut China Selatan yang disengketakan.
Presiden Filipina, Benigno Aquino, berdalih latihan perang itu untuk memberikan pengaruh jera pada setiap lembaga, baik itu negara atau kelompok radikal Islam. Namun, Aquino mengklaim latihan perang gabungan tersebut tidak ditujukan kepada China.
Menteri Luar Negeri Filipina, Albert del Rosario, mengatakan bahwa Filipina berencana untuk meminta bantuan Washington untuk meredam tekanan China.
”Kami, pada saat ini, mencari dukungan tambahan dari AS, agar mampu mengambil posisi yang lebih kuat, dalam mempertahankan posisi kami, yaitu untuk menegakkan supremasi hukum,” ujar Rosario kepada media lokal, ANC, Sabtu (18/4/2015).
Beijing telah mengklaim kedaulatan atas sebagian besar kawasan Laut China Selatan, berdasarkan peta kuno yang diterbitkan tahun 1940-an. Tapi, Filipina, Vietnam, Malaysia, Brunei dan Taiwan menentangnya karena juga mengklaim kawasan itu.
(mas/sindo/infoduniamiliter.Com)
Post Comment
Tidak ada komentar: