Seorang pria Inggris, yang mempertaruhkan nyawanya di garis depan, dengan menjadi penerjemah untuk pasukan Inggris, ditembak bersama dengan putranya yang berusia dua tahun oleh jihadis Taliban.
Dilansir dari laman Daily Mail, Senin 13 April 2015, pria berusia 26 tahun yang dikenal dengan julukan 'Chris' oleh para tentara Inggris itu ditembak di rumahnya di Khost, Afghanistan.
Berkali-kali dia menyelamatkan nyawa tentara Inggris, mempertaruhkan keselamatan hidupnya sendiri. "Saya dicampakkan," ujar Chris, yang bekerja sebagai penerjemah antara Oktober 2008-April 2011.
Militer Inggris memberhentikannya, setelah ancaman yang dibuat Taliban terhadap keluarganya. Namun, Pemerintah Inggris menolak memberikannya suaka, karena dianggap tidak memenuhi kualifikasi.
Aturan untuk memberikan kehidupan baru bagi seorang penerjemah, baru diberlakukan Inggris, setelah Desember 2011, tetapi tidak bagi mereka yang bekerja sebelum itu.
Walau begitu, Chris dibuat terperangah, karena seorang mantan milisi Taliban yang menjadi tersangka pembunuhan di Afghanistan memperoleh hak tinggal di Inggris, Minggu 12 April 2015, karena alasan hak asasi manusia.
Rafi, yang memimpin gerakan untuk membela mereka yang pernah bekerja sebagai penerjemah, menyebut betapa menjijikkan, bagaimana pemerintah Inggris memperlakukan orang-orang yang mereka manfaatkan.
"Apakah hanya kriminal dan mereka yang telah membunuh tentara Inggris, yang bisa memiliki HAM? Pintu terbuka baru untuk mereka, tetapi tertutup bagi kami," kata Rafi.
Dia menggambarkan, bagaimana rekan-rekannya yang pernah bekerja sebagai penerjemah harus hidup di bawah ancaman dengan keluarga mereka. Sedangkan mantan Taliban, justru dibolehkan tinggal dan hidupnya dibiayai pembayar pajak Inggris.
"Itu seperti kami (penerjemah) adalah teroris dan mereka pahlawannya," ujar Rafi. Begitulah jika menjadi centeng penjajah, habis manis sepah dibuang. Inggris dan AS telah melakukan invasi meruntuhkan pemerintahan Taliban yang menyebabkan ratusan ribu jiwa meningggal dunia dan merontokkan ekonomi negri para mullah tersebut (Viva/infoduniamilitercom)
Post Comment
Tidak ada komentar: