Presiden AS berikutnya yang menjadi korban pembunuhan adalah James Abram Garfield. Garfield yang lahir di Moreland Hills, Ohio, 19 November 1831 adalah Presiden AS ke-20. Sebelum menjabat sebagai presiden, Garfield berdinas di militer dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal.
Ia dilantik sebagai presiden pada 4 Maret 1881. Hanya empat bulan Garfield menduduki kursi Presiden AS. Pada 2 Juli 1881, Garfield ditembak oleh Charles J. Guiteau di stasiun Baltimore & Potomac, Washington DC. Guiteau dua kali melepaskan tembakan. Tembakan pertama mengenai lengan kanan, dan tembakan kedua mengenai punggung Garfield.
Setelah 11 minggu dalam perawatan, Garfield akhirnya menghembuskan napas terakhir karena komplikasi dan infeksi. Posisi Garfield lantas digantikan oleh Chester Alan Arthur, yang sebelumnya menjabat sebagai Wakil Presiden AS.
Sebelum tewas, Garfield sesungguhnya memiliki banyak rencana yang ingin diwujudkan. Ia berniat meluncurkan program pembangunan besar-besaran di AS. Namun, rencana itu terkubur bersama dengan jasad Garfield.
William McKinley (1843-1901)
Memasuki abad ke-19, tragedi pembunuhan kembali menimpa Presiden AS. Kali ini yang menjadi korban adalah Presiden AS ke-25, William McKinley, Jr. Sosok yang lahir di Niles, Ohio, pada 29 Januari 1843 ini menduduki kursi Presiden AS pada 4 Maret 1897 hingga 14 September 1901.
Sebelum menjabat sebagai Presiden AS, McKinley sempat berprofesi sebagai Jaksa. Selanjutnya ia memasuki gedung Parlemen AS pada 1877. Lalu pada 1891, McKinley terpilih sebagai Gubernur Ohio. Pada 1896, ia bertarung untuk jabatan Presiden AS dan berhasil.
Pada 6 September 1901, ketika tengah menghadiri Pameran Pan-American di Buffalo, New York, McKinley ditembak oleh seorang anarkis bernama Leon Czolgosz Frank. McKinley mengalami dua luka tembakan. Ia tak langsung meninggal seketika.
Delapan hari setelah insiden penembakan itu, McKinley akhirnya menghembuskan napas terakhir. Ia tercatat sebagai Presiden AS terakhir yang berstatus sebagai veteran perang sipil yang melanda AS pada pertengahan abad 18.
Post Comment
Tidak ada komentar: