Mefail Hızlı, mufti dari Ankara, menantang Paus Francis karena menggunakan kata ‘genosida’ sehubungan dengan pembantaian massal orang Armenia, dan mengatakan bahwa pernyataan Paus akan mempercepat peresmian kembali Museum Saint Sophia basilika sebagai masjid.
Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP), serta partai-partai oposisi utama, Partai Rakyat Republik (CHP) dan Partai Gerakan Nasionalis (MHP), kemarin merilis pernyataan bersama “mengutuk keras ” Parlemen Eropa , yang menyebutkan peristiwa yang terjadi di Anatolian Armenia selama Perang Dunia I sebagai “genosida.”
Pernyataan itu mengutuk pendekatan parsial parlemen Eropa sebagai melawan “gagasan perdamaian, toleransi dan pembangunan masa depan bersama.”
“Meskipun kami keberatan, Parlemen Eropa lebih memilih memperdalam masalah dan kesenjangan antara dua masyarakat kita. . . , “kata pernyataan bersama.
Sementara itu, Mufti Ankara Hızli Mefail mengatakan, “Pernyataan Paus yang disampaikan tiga hari lalu, mengatakan Armenia telah mengalami genosida, sangat spektakuler”. Dalam pandangannya, pernyataan Paus mencerminkan “warna perang salib modern yang diluncurkan di tanah ini selama berabad-abad.”
“Terus terang, saya percaya bahwa pernyataan Paus hanya akan mempercepat proses untuk Hagia Sophia yang akan dibuka kembali untuk Masjid”.
Seruan masyarakat Turki dalam beberapa tahun terakhir, telah menyerukan Saint Sophia Basilika akan berubah menjadi masjid.
Setelah penaklukan kota oleh Ottoman pada tahun 1453, bekas gereja ini digunakan sebagai masjid. Ini berlangsung sampai pemerintah Republik Turki era Bapak Sekuler Attarturk menutup mesjid itu dan diubah menjadi museum pada tahun 1935. Jumat lalu, untuk pertama kalinya dalam 85 tahun terakhir , seorang ulama Muslim membacakan Al-Qur’an di Hagia Sophia. (JL/KH/eramuslim/infoduniamiliter.Com)
Post Comment
Tidak ada komentar: