Amerika Serikat, Inggris dan Norwegia hari Senin (20/4) mengecam Sudan karena gagal menyelenggarakan pemilu yang bebas dan adil, dan apa yang mereka sebut aebagai "penjahat perang" Presiden Omar al-Bashir diperkirakan akan menang.
Dalam pernyataan bersama ketiga negara itu “menyesalkan kegagalan pemerintah Sudan untuk menciptakan suasana pemilihan yang bebas, adil, dan kondusif.”
Ketiga negara itu menyatakan rendahnya jumlah pemilih tersebut akibat “pembatasan hak-hak dan kebebasan politik” serta pertempuran yang terus berlanjut di beberapa bagian Sudan.
Tempat-tempat pemungutan suara ditutup Kamis setelah pemungutan suara secara nasional diperpanjang selama satu hari karena jumlah pemilih yang rendah.
Bashir, 71, yang oleh Mahkamah Kejahatan Internasional dituduh telah melakukan kejahatan perang, berusaha memperpanjang masa kekuasaannya dalam pemilu yang baru dua kali diadakan sejak ia merebut kekuasaan pada 1989.
Dia hampir tidak mendapat saingan dalam pemilu ini, menghadapi 13 penantang yang tidak banyak dikenal dan boikot oposisi. Dua kandidat presiden lainnya mengundurkan diri hari Rabu setelah perpanjangan pemungutan suara itu diumumkan, dengan alasan terjadi “penyimpangan” dalam proses pemilihan. (Voa/infoduniamiliter.Com)
Post Comment
Tidak ada komentar: