Tim evakuasi warga negara Indonesia, Jumat (3/4), bertolak lewat darat dari kota Salalah, Oman, menuju Yaman timur. Tujuan mereka adalah mengevakuasi WNI dari sejumlah kota di Yaman timur, khususnya yang berada di Provinsi Hadramaut.
Pesawat Boeing 737-400 TNI Angkatan Udara, Jumat kemarin, juga telah mendarat di bandar udara Salalah. Pesawat ini dikirim dari Indonesia untuk membawa WNI yang hendak dievakuasi dari Yaman.
Anggota tim evakuasi WNI yang masuk ke Yaman timur itu adalah Yusron Anbary (ketua), Muhammad Nur Salim, Taufik Ismail, dan Dede Ronanto.
Mereka berangkat dari Salalah dengan kendaraan sewaan hingga perbatasan Oman-Yaman. Setelah melintas perbatasan, mereka menyewa kendaraan berpelat nomor Yaman.
Empat anggota tim evakuasi WNI lainnya bertugas di Salalah, yang berjarak 160 kilometer dari perbatasan Oman-Yaman. Mereka merampungkan urusan administrasi dan logistik WNI yang dievakuasi dari Yaman.
Sewa flat
WNI tinggal di tempat penampungan sementara di Salalah sebelum dipulangkan ke Tanah Air. Indonesia memutuskan menjadikan Salalah sebagai pusat penampungan sementara WNI yang dievakuasi dari sejumlah kota di Yaman.
Menurut Anbary, tim evakuasi telah menyewa 10 flat selama satu bulan di Salalah dengan harga 210 riyal Oman atau sekitar Rp 7,8 juta per flat per bulan. Perhitungan sewa flat baru dimulai setelah dihuni oleh WNI yang dievakuasi dari Yaman.
”Seandainya tidak jadi ditempati, flat pun tidak jadi disewa,” katanya.
Anbary menyebutkan, setiap flat ditempati 8-10 orang. ”Di setiap flat disiapkan bahan makanan mentah biar mereka masak sendiri,” ujarnya.
Ada 4.159 WNI di Yaman. Mereka, antara lain, terdiri dari 2.626 mahasiswa dan pelajar serta 1.488 pekerja profesional bidang minyak dan gas bumi. Sisanya ialah diplomat serta pegawai Kedutaan Besar RI dan keluarga. Sebagian besar WNI di Yaman tinggal di Yaman timur.
Tim evakuasi WNI mengungkapkan, sedikitnya 17 WNI di kota Tarim dan 40 WNI di kota Al Mukallah menyatakan siap untuk dievakuasi.
Wilayah Yaman timur lebih aman ketimbang Yaman selatan dan utara. Di sebelah utara dan selatan negara itu berlangsung pertempuran milisi Houthi dan loyalis mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh melawan pasukan dan milisi loyalis Presiden Abed Rabbo Mansour Hadi.
Koalisi negara Arab yang dipimpin Arab Saudi terus melakukan serangan udara terhadap sasaran milisi Houthi dan loyalis mantan Presiden Saleh di Yaman utara dan selatan.
Sejumlah negara, termasuk Indonesia, memutuskan mengevakuasi warga mereka dari Yaman menyusul operasi militer yang dipimpin Arab Saudi digelar sejak Kamis pekan lalu.
Pesawat TNI AU Boeing 737-400 direncanakan bertugas membawa WNI yang telah dievakuasi dari Yaman ke Jizan, Arab Saudi, menuju Salalah. WNI yang dievakuasi ke Jizan dilaporkan sebanyak 262 orang. Pesawat TNI AU itu harus membawa WNI dari Jizan ke Salalah dalam dua tahap karena kapasitas angkut pesawat hanya 113 penumpang.
Di Jakarta, Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Madya Hadi Tjahjanto, Jumat malam, menyatakan, tim evakuasi WNI telah mendapat izin dari Pemerintah Arab Saudi untuk menerbangkan pesawat Boeing 737 TNI AU ke Bandara Jizan. Setelah itu, pada tahap pertama, pesawat Boeing 737 TNI AU akan membawa 110 WNI dari Jizan ke Salalah.
Terjebak di Aden
Untuk mempercepat evakuasi, Pemerintah Indonesia juga mulai berupaya mengeluarkan WNI yang terjebak di Aden lewat laut. Sebagian besar WNI yang terjebak itu adalah pelajar dan mahasiswa serta pekerja.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Arrmanatha Nasir, Kamis (2/4), menyatakan, proses evakuasi 98 WNI di Aden akan dilakukan dengan menggunakan kapal sewaan.
Pemerintah RI telah menyewa sebuah kapal dari Djibouti, negara kecil di Afrika, yang letaknya berseberangan dengan kota pelabuhan Aden dan hanya dipisahkan oleh Teluk Aden.
”Dari Djibouti, kapal berangkat Kamis siang menuju Aden, lalu kembali lagi. Nanti para WNI itu akan diterbangkan ke Indonesia dari Djibouti,” ujar Arrmanatha.
Dengan demikian, jalur evakuasi dari Yaman bertambah. Dari sebelumnya evakuasi diarahkan menuju Arab Saudi dan Oman, sekarang ditambah menuju Djibouti.
Jalur evakuasi melalui Djibouti juga dipilih India. Mengutip surat kabar India, The Hindu, sedikitnya 350 warga negara India dievakuasi pada tahap awal dengan menggunakan kapal perang India, INS Sumitra, Selasa lalu.
Menurut Arrmanatha, Indonesia sempat meminta bantuan India agar mau membantu membawa 98 WNI. Namun, kapal perang India tersebut telanjur berangkat.
”Sekarang, bersama 98 WNI, kami juga membantu membawa 10 warga Filipina dan Singapura atas permintaan pemerintah mereka,” lanjutnya.
Kondisi lapangan, menurut Arrmanatha, berubah sangat cepat. Beberapa pekan lalu masih dimungkinkan mencari bus atau kendaraan darat lain untuk keperluan evakuasi. Kini hal itu menjadi mustahil karena pertempuran yang memanas di lapangan. (EDN/DWA/kompas/infoduniamiliter.Com)
Post Comment
Tidak ada komentar: